Malam ini masih sama seperti kemarin.
Sama dan persis,,tak ada yang dispesialkan. Masih dengan secangkir teh.
Secangkir teh panas hadir sebagai teman karib tersodor untuk dinikmati untuk
beberapa waktu ini. Sedikit menyita waktu yang tak berapa lama…sedikit tapi
menyita fokus. Mungkin ini namanya belajar kesabaran yang selama ini dielu-elukan sebagai mantra kehidupan
katanya. Mengalah pada panas dapati hangat untuk bisa menikmatinya. Dahi mulai
mengernyit berkerut kerut terlihat garis kulit. Inilah reaksi sebuah penolakan
yang tak secara langsung. Lidah tak bisa menangkap rasa yang diharapkan. Tak
ada sisi manis, pahit yang ditawarkan. Pahitpun itu tetap teh bukan. Tak
semuanya yang kita harapkan sesuai. Tak semua bisa menikmati sisi manismu.
Tinggal menunggu keberuntungan saja. Kalau kalau beruntung tak lupa dibubuhkan
pemanis pada secangkir teh itu kan kamu dapati sisi manis. Tak seperti teh yang
kuminum sekarang pahit. Sedikit kuteguk dengan sisa kubiarkan dingin basi dan
tak dapat kunikmati lagi. Sedikit gerutu, tapi tetap ingat cara mengucap
syukur. Setidaknya kau tak memberiku rasa candu untuk selalu menikmatimu. Ya rasa
candu yang membuatku terfokus padamu, sampai-sampai lupa untuk menikmati yang
lainnya.
Selasa, 08 April 2014
Senin, 07 April 2014
laporan KKL di kawasan Bokoharjo
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Kawasan
Bokoharjo merupakan laboratorium bagi Prodi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial
(IPS). Laboratorium ini dibangun dengan tujuan untuk memfasilitasi kegiatan
pembelajaran bagi mahasiswa Prodi Pendidikan IPS pada khususnya. Kawasan ini
juga dipilih sebagai lokasi pelaksanaan kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL)
III. Lokasi ini dipilih karena memiliki potensi historis, ekonomi, geografi,
sosial budaya, sebi dan politik yang berkaitan erat dengan mata kuliah
mahasiswa Prodi Pendidikan IPS.
Dalam
pelaksanaan KKL III, mahasiswa dituntut agar dapat berbaur dengan masyarakat di
kawasan Bokoharjo sehingga mahasiswa Prodi Pendidikan IPS mengetahui karakter
masyarakat Bokoharjo serta kondisi alam di sekitar wilayah tersebut. selain
itu, mahasiswa juga diharapkan mampu memberikan solusi bagi masyarakat Bokoharjo
sehingga masyarakat tersebut mampu menghadapi globalisasi.
B.
Tujuan
Dalam
pelaksanaan kegiatan KKL III terdapat dua tujuan, yaitu sebagai berikut.
1.
Tujuan umum
Menganalisis
pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni bagi masyarakat.
2.
Tujuan khusus
Setelah melaksanakan mata kuliah
ini, mahasiswa mampu:
a.
Mendeskripsikan kondisi umum geografis,
historis, ekonomis, sosial, budaya, seni dan politik masyarakat Bokoharjo.
b.
Mendeskripsikan kehidupan sehari-hari
masyarakat Bokoharjo dan sekitarnya.
c.
Mengidentifikasi dampak perkembangan
ipteks bagi lingkungan hidup di Bokoharjo dan sekitarnya.
d.
Mengidentifikasi berbagai pengaruh
perkembangan ipteks terhadap perubahan sosial budaya masyarakat.
e.
Mengidentifikasi berbagai dampak
negative perkembangan ipteks bagi lingkungan hidup di Bokoharjo dan sekitarnya.
f.
Mendeskripsikan berbagai sikap masyarkat
Bokoharjo dalam menghadapi globalisasi.
g.
Mendeskripsikan penerapan ipteks dalam
kehidupan masyarkat Bokoharjo.
h.
Mendeskripsikan berbagai upaya
masyarakat Bokoharjo dan peranan Pemerintah dalam menanggulangi dampak negative
perkembangan ipteks di Bokoharjo dan sekitarnya.
i.
Menganalisis upaya strategis yang perlu
dilakukan dalam menanggulangi berbagai dampak negative akibat perkembangan
ipteks.
C.
Lokasi
Kegiatan
KKL III mahasiswa Prodi Pendidikan IPS angkatan 2009 dilaksanakan di tiga
dukuh, yaitu Plempoh, Cepit dan Dawung. Yang terdapat di Desa Bokoharjo,
Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.
BAB II
KONDISI ALAM DAN MASYARAKAT BOKOHARJO
A. Kondisi Geografis dan Politik
Kawasan kegiatan
KKL III merupakan alluvial fans (kipas alivial) yang tersusun atas alluvium
sebagai hasil perombakan escarpment bagian atas. Bagian tadi berasal dari
formasi similar yang terendap antara 35 juta sampai 87 juta tahun yang lalu,
terdiri atas batu marvum dan fumis yang asam. Sehingga tanah di kawasan ini
bersifat asam dan memiliki produktifitas yang rendah.
Menurut
pengukuran, pH tanah di kawasan tersebut berkisar antara 4,2 – 5,6. Walaupun
berada di kawasan miskin hara, setelah menjadi dataran, terbentuk fumus dan penduduk di sana member
pupuk alami maupun buatan, lahan di kawasan tersebut menjadi lebih produktif.
Karena daerah
tersebut merupakan daerah dataran, maka mempermudah terjadinya mobilitas
penduduk yang terkonsentrasi pada dua dukuh, yaitu dukuh Cepit dan dukuh
Plempoh. Dengan penduduk yang padat, mengakibatkan perubahan sosial lebih cepat
dibanding dengan daerah yang jarang penduduknya.
Bokoharjo adalah
sebuah kelurahan dengan dasar hukum:
INMENDAGRI Nomor: 23 Tahun 1989. Kelurahan
Bokoharjo merupakan suatu pemerintah dengan nomor kode: 3404092006 yang terletak
di wilayah Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Tingkat II
Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kelurahan Bokoharja memiliki luas
wilayah 550 Ha dengan batas-batas wilayah berikut ini:
a.
Sebelah utara berbatasan dengan
Kelurahan Tamanmartani, Kalasan, Sleman
b.
Sebelah selatan berbatasan dengan
Kelurahan Madurejo, Prambanan, Sleman
c.
Sebelah barat berbatasan dengan
Kelurahan Tirtimartani, Tamanmartani, Kalasan Sleman
d.
Sebelah timur berbatasan dengan
Kelurahan Pereng, Prambanan, Klaten
Sementara kondisi geografis
Kelurahan Bokoharjo dapat diuraikan berikut:
a.
Ketinggian tanah dari permukaan laut : 200 M
b.
Banyaknya curah hujan : 200 – 3000
mm/th
c.
Suhu udara rata-rata : 32 – 36
°C
Jarak pusat Pemerintahan Kerurahan
dengan pusat pemerintahan di atasnya berikut ini:
a. Jarak pusat Pemerintahan Desa Bokoharjo
dengan Pusat Pemerintahan Kecamatan 0,5 KM
b. Jarak pusat Pemerintahan Desa Bokoharjo
dengan Ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II: 30 Km
c. Jarak pusat Pemerintahan Desa Bokoharjo
dengan Ibukota Pro[pinsi Daerah Tingkat I Daerah Istimewa Yogyakarta: 20 Km
Kelurahan Bokoharjo
ini terdiri atas 13 pedukuhan, pedukuhan-pedukuhan yang ada di Kelurahan Bokoharjo
nampak pada tabel berikut.
Pedukuhan di Kelurahan Bokoharjo
No
|
Pedukuhan
|
Jumlah
KK
|
Jumlah
RT
|
1.
|
Pulerejo
|
64
|
8
|
2.
|
Klurak Baru
|
27
|
6
|
3.
|
Kranggan
|
68
|
8
|
4.
|
Gatak
|
34
|
5
|
5.
|
Ringinsari
|
33
|
5
|
6.
|
Dawung
|
25
|
4
|
7.
|
Cepit
|
33
|
4
|
8.
|
Marangan
|
47
|
8
|
9.
|
Majasem
|
23
|
4
|
10.
|
Jobohan
|
21
|
10
|
11.
|
Pelemsari
|
32
|
5
|
12.
|
Jirak
|
10
|
4
|
13.
|
Jamusan
|
45
|
5
|
Jumlah
|
453
|
76
|
Jumlah penduduk Kelurahan Bokoharjo
keseluruhan ada 5.345 jiwa orang terdiri atas 4.945 orang laki-laki dan 400
orang perempuan berasal dari 3.436 kepala keluarga. Jika dilihjat dari jenis
kewarganegaraannya, penduduk kelurahan Bokoharjo ada berkewarnegaraan asing.
B. Persebaran Kegiatan Ekonomi
Masyarakat Bokoharjo
bermatapencaharian sebagai petani, peternak, pegawai negeri, pedagang, dan juga
bertugas di dinas purbakala, dan sebagainya. Keberadaan situs ratu boko membawa
pengaruh terhadap masyarakat sekitar, dimana perekonomian masyarakat Boko
mengalami peningkatan. Selain itu, keberadaan situs ratu Boko menyebabkan
adanya perbaikan jalan yang membawa dampak positif masyarakat seperti
memperlancar transportasi dan meningkatkan mobilitas sosial.
Jika dikaitkan
dengan geologi ekonomi, yaitu keberadaan formasi similar dimana terdapat batuan
yang dimanfaatkan masyarakat sebagai barang komoditi yang digergaji dan
dibentuk dengan batu tempel.
Potensi keraton
ratu boko bagi masyakarat salah satunya dalam aspek peluang dan usaha. dengan
banyaknya wisatawan yang berkunjung ke ratu boko, masyarakat mempunyai peluang
untuk membuka usaha dalam bidang perniagaan seperti menjadi pedagang kaki lima,
membuka toko di sekitar areal keratin ratu boko. Masyarakat bisa menjual
souvenir, oleh oleh, makanan dan minuman kepada para wisatawan. Hotel-hotel
yang berada di sekitar keratin ratu boko mendapatkan pemasukan dari banyak
wisatawan yang menginap untuk berwisata di keraton ratu boko. Selain itu
para penyedia jasa transportasi juga mendapatkan keuntungan dari obyek wisata
tersebut. Agen-agen wisata, bus bus kota yang melewati obyek tersebut
kebanjiran penumpang karena banyak wisatawan yang ingin berkunjung ke sana.
Situs boko ini juga bermanfaat untuk kegiatan sekolah, seperti eksplorasi, kegiatan
pramuka dan lain-lain.
Selain itu, Disekitaran
komplek Ratu Boko, terdapat desa Wisata yang dikenal dengan Desa wisata
Plempoh. Desa wisata ini tepatnya terletak di Bokoharjo, Prambanan, Sleman,
Yogyakarta. Desa Wisata Plempoh menyediakan banyak fasilitas bagi
wisatawan yang ingin menikmati keindahan dari suasana pedesaan serta keagungan
nilai budaya yang terletak di sekitaran Candi Ratu Boko. Fasilitas
tersebut antara lain adalah Homestay atau rumah penginapan yang dapat
dimanfaatkan untuk tempat menginap para pengunjung dan wisatawan baik dari
dalam negeri maupun manca negara. Homestay tersebut didukung dengan
adanya Restauran dan tempat penjualan cinderamata apabila pengunjung ingin
mencari oleh-oleh.
Selain menikmati
keindahan alam sekitar, di desa wisata ini pengunjung juga dapat merasakan
berbagai kehidupan bertani yang bisa anda lakukan bersama keluarga. Membajak
sawah, menanam padi atau ikut memanen pai yang mulai menguning. Semua akan
mengingatkan pada kita tentang keagungan mahakaraya Indonesia.
C. Perkembangan Sejarah
Sejarah dari
situs Ratu Boko berkaitan dengan berdirinya candi Prambanan dalam cerita “Roro
Jonggrang”. Dalam legenda tersebut, Roro Jonggrang adalah anak dari Raja
Keraton yang didekati oleh Bandung Bondowoso. Namun Roro Jonggrang meminta
syarat untuk dibuatkan 1000 candi dalam satu malam.
Keraton Ratu Boko
hingga sekarang masih menjadi misteri yang belum dapat dijelaskan kapan dan
oleh siapa nama tersebut diberikan. Kata Keraton berasal dari kata Ke-Ratu-an
yang artinya istana atau tempat tinggal ratu atau berarti juga raja, sedangkan
Boko berarti bangau (burung). Hal ini masih menjadi pertanyaan siapa sebenarnya
Raja Bangau tersebut, apakah penguasa pada zaman itu atau nama burung dalam
arti Ratoe Boko.
Reruntuhan Keraton Ratu
Boko ini ditemukan pertama kali oleh Van Boeckholtz pada tahun 1790. Seabad
setelah penemuan Van Boeckholtz, yaitu sekitar tahun 1890, FDK Bosch mengadakan
riset arkeologis tentang peninggalan kepurbakalaan di selatan Candi Prambanan
dalam laporan yang berjudul Kraton Van Ratoe Boko.
Dari Situs itu sendiri
ditemukan bukti tertua yang berangka tahun 792 Masehi berupa Prasasti
Abhayagiriwihara. Abhaya berarti tidak ada bahaya, Giri berarti bukit/gunung,
vihara berarti asrama/tempat. Dengan demikian Abhayagiri Vihara berarti asrama/
tempat para Bihksu Agama Budha yang terletak di atas bukit yang penuh kedamaian
atau vihara tempat para bihksu mencari kedamaian, tempat menyepi dan
memfokuskan diri pada kehidupan spiritual. Prasasti itu menyebutkan seorang tokoh
bernama Tejahpurnpane Panamkorono. Diperkirakan, dia adalah Rakai Panangkaran
yang disebut-sebut dalam Prasasti Kalasan tahun 779 Masehi, Prasati Mantyasih
907 Masehi, dan Prasasti Wanua Tengah III tahun 908 Masehi. Rakai Panangkaran
lah yang membangun candi Borobudur, Candi Sewu, dan Candi Kalasan. Meski
demikian Situs Ratu Boko masih diselimuti misteri. Belum diketahui kapan
dibangun, oleh siapa, untuk apa, dan sebagainya. Orang hanya memperkirakan itu
sebuah bangunan keraton.
Bangunan Keraton Boko
merupakan benteng pertahanan Balaputradewa atau Rakai Kayuwangi, putera bungsu
Rakai Pikatan. Konon Rakai Kayuwangi diserang oleh Rakai Walaing Puhuyaboni,
cicit laki-laki Sanjaya yang merasa lebih berhak atas tahta daripada Rakai
Pikatan, karena Rakai Pikatan hanyalah suami dari Pramodharwani, puteri mahkota
Samarottungga yang beragama Budha. Dalam pertempuran tersbut Rakai Walaing
berhasil dipukul mundur dan terpaksa mengungsi di atas perbukitan Ratu Boko dan
membuat benteng pertahanan di sana. Namun pada akhirnya Keraton Boko dapat
digempur dan diduduki Rakai Kayuwangi yang secara sengaja merusak prasasti yang
memuat silsilah Rakai Walaing, dengan menghilangkan bagian yang memuat
nama-nama ayah, kakek dan buyut Rakai Walaing.
Saat ini Candi Boko
menjadi salah satu obyek wisata yang menarik di Kabupaten Sleman. Cerita atau
legenda seperti di atas juga menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan.
Ditambah dengan adanya mitos-mitos mengenai candi Boko seperti kolam pemandian
yang airnya tidak pernah habis walau pada musim kemarau.
Kompleks Ratu Boko
memiliki keunikan dan daya tarik tersendiri. Karena lokasinya berada di dataran
tinggi, maka dari sini terlihat pemandangan yang memukau. Di arah utara Candi
Prambanan dan Candi Kalasan dengan latar belakang pemandangan Gunung Merapi
dengan suasana pedesaan dengan sawah menghijau di sekelilingnya. Selain itu,
arah selatan, bila cuaca cerah, di kejauhan samar-samar dapat terlihat Pantai
Selatan.
Pemandangan senja saat
matahari terbenam dari atas kawasan Bukit Boko sangat indah. Di arah utara
Candi Prambanan dan Candi Kalasan dengan latar belakang pemandangan Gunung
Merapi dengan suasana pedesaan dengan sawah menghijau di sekelilingnya.
D. Sistem Sosial dan Warisan Seni
Budaya
Kepercayaan
masyarakat Bokoharjo dulunya adalah agama hindu. Adanya peninggalan sejarah
berupa candi boko dan candi disekitar candi boko dapat menjadi bukti bahwa pada
masa itu masyarakat Bokoharjo pernah
memeluk agama hindu. Akan tetapi saat ini masyarakat di wilayah Bokoharjo
mayoritas memeluk agama Islam. Kebudayaan agama hindu sebagai warisan budaya masih dapat
kita temui di wilayah Bokoharjo seperti
masih adanya alkuturasi yang dibawa saat penyebaran agama islam saat
dahulu. Akulturasi antara agama hindu dan agam islam masih terjaga di wilayah Bokoharjo.
masih adanya kegiatan kenduri dalam hajatan merupakan salah satu bentuk
akulturasi kedua agama tersebut. Kenduri pada zaman dahulu merupakan tradisi
agama Hindu yang digunakan untuk bersembahyang. Namun pada perjalanannya
kenduri digunakan untuk mempermudah penyebaran agama Islam, agama Islam tidak
menghilangkan tradisi seperti kenduri. Tradisi Kenduri masih dilaksanakan
masyarakat Bokoharjo baik hajatan untuk menikahkan anak ataupun peringatan
orang meninggal. Bentuk akulturasi lain seperti penentuan hari baik untuk
menikahkan anak, dan juga masih adanya kepercayaan peringatan orang meninggal
seperti 7 hari, 100 hari.
Masyarakat Bokoharjo
sendiri masih mempunyai kepercayaan mitos yang
masih dipegang. Contohnya saja mereka percaya disebuah candi banyu nibo
tesebut ada maklhuk penunggunya sehingga
kita tidak boleh berkata jorok atau kotor dan adanya larangan untuk berbicara
kotor di dekat kolam pemandian agar tidak terjadi sesuatu yang dapat menimpa.
Menurut cerita pernah ada orang yang meninggal tenggelam karena berbicara kotor
ditempat itu sehingga semua orang baik masyarakat dan pengunjung selalu disuruh
untuk menjaga perkataan mereka. Menurut masyarakat Bokoharjo kolam pemandian
yang berada di sekitar candi itu tidah akan pernah habis meskipun musim kemarau
panjang.
Interaksi sosial masyarakat Boko sudah
terjalin sejak dulu. Terbukti dengan adanya dua candi, yaitu candi Barong dan
candi Banyu Nibo, dimana candi Barong merupakan candi hindu dan candi banyu nibo merupakan candi budha yang letaknya
berdekatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat solidaritas dan toleransi yang tinggi antara
kedua umat beragama tersebut. dan sampai
saat
ini solidaritas masyarakat masih terjaga dengan baik.dapat kita lihat saat ini solidaritas itu masih terjaga.
kehidupan dalam bermasyarakat sangat terjalin dengan baik dan harmonis. Meski
letak rumah saling berjauhan mereka saling mengenal satu sama lain. Mereka
saling sapa jika bertemu atau dalam bahasa Jawanya yaitun”srawung” Suasana ini tidak mungkin kita temui di
daerah perkotaan yang masyarakatnya sudah individualistik. Wilayah Bokoharjo
merupakah wilayah yang sudah maju. Setiap dukuh di wilayah Bokoharjo ini sudah
berdiri PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Salah satunya PAUD
yang ada di pedukuhan Plempoh tepatnya di rumah mbah
guru. Organisasi muda-mudi seperti karang tarunapun masih ada di wilayah
plempoh ini. Sebagai penganut agama Islam, masyarakat Bokoharjo ini sering
diadakan pengajian rutin. Partisipasi warga mengikuti pengajianpun sangat baik.
banyak warga yang datang menghadiri pengajian yang diadakan dengan tempat
secara bergiliran.
Bahasa yang
digunakan oleh masyarakat Bokoharjo sendiri yaitu bahasa Jawa. Bahasa Jawa
merupakan bahasa sehari-hari dalam berinteraksi baik dalam lingkungan keluarga
atapun masyarakat. Dalam masyarakat Bokoharjo kebanyakan menganut sistem patriarkhi. Hal ini dapat terlihat dari keluarga yang kami tempati.
Ibu Tukiman bukan merupakan asli dari wilayah Bokoharjo, dia tinggal di Bokoharjo
semenjak beliau menikah dengan bapak Tukiman. Selain itu anak perempuannya yang
telah menikah, tinggal bersama suaminya. Hal itu menunjukan adanya seorang
istri kebanyakan tidak hanya berdiam diri dirumah, kan tetapi juga ikut bekerja
agar kebutuhan keluarga dapat terpenuhi. Masyarakat Bokoharjo sendiri sudah
mengutamakan pendidikan bagi anak-anaknya. Para orang tua bekerja keras demi
dapat menyekolahkan anaknya. Mayoritas anak muda yang berada di Bokoharjo ini
minimal merupakan lulusan SMA/ SMK.
Di wilayah Bokoharjo
sampai saat ini sistem gotong-royong masih ada seperti kerjabakti untuk membersihkan atau
memperbaiki lingkungan seperti membuat jalan, membersihkan kampung masih
terjaga atau dilaksanakan. Saling bantu-membantu dengan tetangga merupakan hal
patut kita contoh. Kerukunan antar warga tercipta dengan adanya kegiatan
gotong-royong.Selain itu kegiatan ronda masih dilakukan untuk menjaga keamanan
desa yang dilaksanakan dengan sistem jadwal dan tempatnya secara
bergiliran. Rumah yang ada di wilayah
ini umumnya atapnya berbrntuk limasan. Akan tetapi saat ini sudah jarang rumah
yang menggunakan atap limasan. Kebanyakan sekarang rumah sudah menggunakan tipe
rumah modern.
Seni budaya yang terdapat di Bokoharjo
adalah srandul.
Srandul merupakan suatu kesenian yang hampir mirip seperi
wayang atau ketoprak. Kesenian ini sudah
ada sejak lama. Namun untuk saat ini, kesenian tersebut
sudah tidak berjalan lagi karena berkurangnya minat pemuda dalam mengembangkan
kesenian tersebut karena lebih tertarik dengan kesenian modern, seperti
graffiti. Selain itu
mungkin seni srandul sudah dianggap sebagai seni yang kuno bahkan ketinggalan
jaman.
Arsitektur rumah yang ada di daerah Bokoharjo ini menggunakan arsitektur Jawa
limasan. Dalam sistem pemerintahan wilayah Bokoharjo ini sudah menggunakan
sistem demokrasi. Demokrasi sudah tampak dalam pemilihan dukuh di wilayah Bokoharjo
sendiri.
BAB III
PERKEMBANGAN MASYARAKAT
A. Perkembangan Ekonomi
Ratu Boko merupakan situs purbakala yang berada diatas
bukit setinggi 195 m diatas permukaan
laut. Panorama yang indah dapat dinikmati di kawasan Ratu boko. Terlihat
pemandangan yang sangat indah candi prambanan dan gunung merapi dari situs
candi tersebut. Dijadikannya situs ratu boko menjadi obyek wisata tentunya
membawa dampak bagi masyarakat yang ada di sekitar kawasan situs ratu boko.
salah satunya dalam bidang ekonomi. Perekonomian
masyarakat Bokoharjo juga
didompleng dengan adanya situs Ratu Boko yang dijadikan sebagai obyekyang tinggal di sekitar
candi. Dapat terlihat adanya orang yang berjualan di sekitar wilayah wisata tersebut. Adanya situs Ratu Boko ini memberikan dampak positif
bagi masyarakat atau penduduk khususnya di sekitar tempat wisata yaitu
meningkatkan pendapatan penduduk dan umumnya pendapatan daerah kebupaten
Sleman.
Kegiataan ekonomi selain dalam wisata, ada juga
pertanian,industri, dagang, dan pertenakan. Sebagian besar penduduk di kawasan
ini memiliki mata pencaharian sebagai petani. Mereka kebanyakan menjadi petani
penggarap. Petani penggarap merupakan orang yang menggarap sawah milik orang
dengan sistem bagi hasil. Seperti pemilik rumah yang kami diami saat kuliah
kerja lapangan 3, pemilik rumah merupakan seorang petani penggarap. Petani
penggarap ini mengerjakan sawah dari mulai menabur benih sampai memanen.
Tanaman yang ditanam biasanya tanaman
padi. Dengan semakian majunya jaman, dalam bidang pertanian ini ditunjang adanya
kemajuan teknologi. Adanya kemajuan teknologi seperti adanya sistem irigasi dan
alat-alat pertanian (traktor, dll) ini dapat menunjang dalam pengolahan untuk
meningkatkan hasil pertanian. pada pengolahan sawah ini tidak semua petani
menggunakan alat-alat yang serba modern. Karena pada kenyataannya masih banyak
petani di boko menggunakan alat-alat tradisional seperti ani-ani. Satu petak sawah dikerjakan bersama-sama
dengan petani penggarap lainnya. hasil
pertanian ini nantinya didistribusikan. Kemajuan teknologi dalam bidang
transportasi ini memudahkan dalam mendistribusikan hasil pertanian. ke
pasar-pasar seperti pasar prambanan yang dekat dengan wilayah Bokoharjo. Akan tetapi dengan wilayah Bokoharjo yang
terbentuk adanya formasi similir membuat wilayah Bokoharjo ini memiliki unsur
hara yang sedikit. Yang dikatakan miskin unsur hara sehingga berdampak pada
pertanian sebaliknya di bawah bukit memiliki unsur hara yang kaya. Dengan
adanya situsasi dan berkembangnya maka muncullah kegiatan ekonomi lainnya.
Kegiatan pertenakan juga ditemukan di sini. Perternakan yang berkembang adalah
perternakan sapi. Selain perternakan juga banyak muncul industri barang dan
jasa. Industri yang ada di sekitar daerah tersebut yaitu industri alat
kesehatan. Akan tetapi adanya industri tidak memberikan kontribusi besar
terhadap perkembangan ekonomi desa Bokoharjo karena tenaga kerja yang diserap
mayoritas dari luar desa. Hanya sedikit sekali masyarakat Bokoharjo yang
menjadi pekerja alam industri.
Bokoharjo yang dijadikan sebagai desa wisata tidak
terlalu memberikan konstribusi dalam ekonomi bagi kemajuan Bokoharjo sendiri.
Desa wisata ini berkembang dengan atas nama desa tapi pada perjalanannya desa
wisata merupakan sebuah usaha keluarga. Jadi desa wisata plempoh ini tidak
dilaksanakan atas desa tapi atas kepentingan perorangan. Keuntungan dari adanya desa wisata Plempoh hanya
dirasakan oleh kalangan tertentu saja. Namun adapula beberapa
kegiatan ekonomi seperti pabrik alat kesehatan yang tidak terlalu memberikan
kontribusi besar terhadap perkembangan ekonomi desa Bokoharjo karena pekerja
pabrik mayoritas dari luar desa.
Dengan berbagai kegiatan ekonomi yang ada di wilayah Bokoharjo
ini mampu meningkatkan kesejahteraan serta taraf yang semakin baik. Keaadaan ekonomi masyarkat
Bokoharjo dapat dikatakan sedang. Keadaan ekonomi ini dapat terlihat dengan
Sudah jarang ditemui rumah warga desa yang rumahnya berdinding kayu. Rata-rat
rumah sudah berdinding batu-bata dan telah memenuhi kriteria rumah sehat . Meski masih ada beberapa rumah yang berdinding
kayu. Meningkatnya kesejahteraan serta taraf hidup masyarakat Bokoharjo sendiri
berdampak pada kesadaran pentingnya pendidikan, gaya hidup.
B. Perkembangan Seni Budaya
Seiring dengan berkembangnya kemajuan jaman dan dibukanya
situs Ratu Boko tentunya memberikan dampak positif serta negatif bagi
perkembangan masyarakat itu sendiri. Termasuk dalam seni budaya, perubahan pada
perkembangan seni dan budaya tidak bisa terlepas dari kedua faktor tersebut.
dampak positif itu antara lain
masyarakat dapat mengenal kebudayaan baik dari bahasa dari daerah lain
maupun dari mancanegara. Dampak
negatifnya yaitu masyarakat semakin melupakan kebudayaan dari daerah sendiri
sehingga jati diri daerah tersebut kian lama kian luntur digantikan dengan
kebudayaan.
Kebudayaan
srandul yang merupakan kesenian asli wilayah daerah Bokoharjo.
kesenian ini seharusnya bisa menjadi sebuah kekuatan bagi desa Bokoharjo
ini. Srandul merupakan sebuah bentuk
kearifan lokal yang ada di wilayah indonesia khusunya di wilayah yogyakarta
yang harus dilestarikan keberadaanya.
Kesenian yang seharusnya menjadi ikon wilayah Bokoharjo ini kian lama
kian luntur. sudah ada sejak dulu ini ternyata pada
saat ini kurang diminati dan diperhatikan oleh masyarakat
karena kurangnya minat dari warga sendiri, terutama kalangan pemudanya. Para pemuda tahu
bahwa kesenian srandhul itu merupakan kesenian yang ada di wilayah mereka.
namun, mereka tidak tahu secara jelas seni srandhul itu sendiri seperti apa.
Hal ini mungkin karena kebudayaan srandul
sudah jarang dipentaskan sehingga para pemuda tidak mengetahui srandhul.
Para
pemuda justru lebih senang atau suka dengan adanya kesenian modern. Mungkin srandhul sudah dianggap kuno sehingga kurang
mendapat perhatian dari masyarakat setempat. banyak masyarakat yang lebih suka
dengan seni-seni lain yang lebih modern
Adanya globalisasi ini juga berpengaruh terhadap tatanan
keluarga yaitu dalam penggunaan bahasa dalam keluarga. Sekarang penggunaan
bahasa krama dalam bahasa Jawa semakin luntur. Penggunaan bahasa krama dalam
sebuah keluarga biasanya digunakan dari anak untuk orang yang lebih tua seperti
untuk kakak, dan orangtua. Penggunaan bahasa krama untuk saat ini pada
masyarakat Bokoharjo semakin luntur. Bahasa yang digunakan saat berbicara
kepada oarng yang lebih tua menggunakan bahasa ngoko. Bahasa ngoko merupakan
bahasa yang digunakan untuk teman sebaya.
Hal itu menyebabkan anggapan atau nampak terlihat kurang sopan.
Masyarakat Bokoharjo sendiri pada umumnya rumahnya
menggunakan arsitektur Jawa dimana atapnya berbentuk limasan. Namun seiring
jalan, sekarang sudah jarang orang yang menggunakan atap limasan sehingga
filosofi Jawa itu semakin tidak terlihat. Rumah yang dibangun oleh masyrakat Bokoharjo
sendiri sekarang mengadopsi dari gaya Eropa. Namun masih ada bangunan rumah
yang menggunakan filosofi Jawa. Hal itu mungkin disebabkan adanya gaya eropa
yang lebih menarik dan tentunya tidak memerlukan biaya yang besar dalam membuat
rumah.
C. Perkembangan Politik
Perkembangan
politik di dearah Ratuboko cukup rumit, ini dimulai ketika daerah situs Ratuboko
di perkenalkan sebagai daerah wisata sejarah yang mengakibatkan banyaknya
wisatawan yang datang ke daerah tersebut, waktu itu kepala daerah/lurah di wilayah tersebut merasa perlu
mengembangkan situs raruboko itu agar lebih menarik kemudian dibuatlah desa
wisata yang terdapat wilayah Ratuboko tersebut, namun setelah itu perkembangan
desa wisata tersebut tidak berkembang dengan baik hal ini dikarenakan bantuan
maupun dana untuk mengembangkan desa wisata tersebut tidak sampai pada
masyarakat tidak ada transparasi dan
kegiatan untuk pengembangan desa wisata tidak berjalan semestinya, ini
yang membuat desa wisata sekarang ini seperti mati suri.
Desa
Bokoharjo yang terdapat di
kecamatan Prambanan, kabupaten Prambanan Yogyakarta ini terbagi menjadi dua dusun yaitu dusun Plempoh dan dusun dawung, dengan jumlah warga Plempoh 110 Kepala Keluarga yang
tersebar dalam 4
Rukun Tetangga (RT) dan dusun Dawung dengan jumlah 60 Kepala Keluarga yang
tersebar dalam dua Rukun
Tetangga.
Ketika
Ratu Boko masih merupakan sebuah keraton barang kali masyarakat Bokoharjo belum
mengenal sistem pemerintahan seperti Kepala Desa, Kepala Dusun, Rukun Warga,
dan Rukun Tetangga. Perkembangan zaman membuat mereka mengenal istilah-istilah
tersebut dan menggunakannya hingga sekarang dalam sistem pemerintahan
masyarakat.
Globalisasi
memberikan dampak terhadap perkembangan politik berupa perubahan sistem
pemerintahan dimana pada zaman dahulu adalah berupa kerajaan namun kini berubah
menjadi desa, dahulu dipimpin oleh raja/ratu namun kini pemerintahan dipimpin
oleh Lurah/Kepala Desa. Sistem pemerintahan di setiap desa berbeda-beda
tergantung kebijakan yang diterapkan oleh masing-masing kepala desa.
Dalam pemilihan
dukuh di salah satu wilayah Bokoharjo, sudah demokratis dengan diadakannya
pemilu secara langsung oleh masyarakat.pemilu di daerah ratu boko di lakukan setiap 5 tahun sekali, untuk
memilih ketua dukuh maka masyarakat ratu boko dapat memilih sendiri siapa yang
akan menadi pemimpinya Dengan demikian, masyarakat dapat berpartisipasi
langsung dalam menentukan wakil rakyat atau dukuh. Selain itu Pelaksanaan otonomi di daerah Bokoharjo juga
mulai muncul hal ini terbukti dengan perbedaan kebijakan antara daerah yang
satu dengan daerah yang lainnya.
D. Perkembangan IPTEK
Di desa Bokoharjo,
dalam perkembangan IPTEKnya
sudah mengalami peningkatan seiring dengan perkembangan zaman. Dengan adanya
arus globalisasi pada masa sekarang, maka masyarakat Bokoharjo dengan cepat
mengikuti arus tersebut. Perkembangan IPTEK pada masyarakat tersebut sangatlah
maju. Dahulu banyak warga di Desa Bokoharjo yang hanya tamatan SD, tetapi
dengan berkembangnya IPTEK di era globalisasi sekarang ini banyak para generasi
muda meneruskan perjuangannya dengan mencapai tingkat atau jenjang yang lebih
tinggi. Selaan itu di desa
boko harjo ini sudah ada upaya peningkatan pendidikan dengan
dilakukannya
program yang dicanangkan oleh dukuh, yaitu program pembangunan PAUD di setiap
dukuh dengan mendatangkan guru sukarela. Dengan demikian tidak ada lagi anak yang putus sekolah dan berpendidikan
rendah karena masalah ekonomi, dengan adanya sekolah PAUD ini masyarakat boko
harjo sudah cukup melek pendidikan, mereka sadar bahwa pendidikan itu penting
dan tidak ada lagi orang yang berpendidikan rendah.
Di era
globalisasi pada masa sekarang ini, memaksa masyarakat Bokoharjo bisa mengenal dan
memahami berbagai perkembangan IPTEK, namun demikian tidak sedikit dari masyarakat Bokoharjo ketinggalan dengan
perkembangan IPTEK. Secara jangka panjang, perkembangan IPTEK memberikan arti
yang sangat positif, namun di sisi lain, tidak sedikit pula yang membawa dampak
negatif.
Masyarakat Bokoharjo
telah terpengaruh oleh perkembangan IPTEK diberbagai bidang. Masyarakat Bokoharjo
telah menggunakan handphone, di rumah mereka telah ada televisi, dvd,
dispenser, magic com, kompor gas, dan motor sebagai alat untuk melakukan
mobilitas. Dalam mengelola lahan pertanian, para petani sudah menggunakan
traktor walaupun sebagian petani masih menggunakan cangkul. Hal tersebut
merupakan indikator bahwa perkembangan IPTEK telah menyentuh masyarakat Bokoharjo.
Perkembangan
IPTEK mempermudah masyarakat dalam memperoleh informasi dan melakukan aktivitas
maupun mobilitas. Layanan informasi berbasis komputer seperti internet dan
surat elektronik mudah diakses kapan pun dengan cepat, jarak dan waktu menjadi
terasa semakin pendek. Namun kemajuan IPTEK membuat seni dan budaya
(tradisional) asli yang dimiliki masyarakat menjadi terabaikan dan tergeser
oleh besarnya arus perkembangan IPTEK tersebut. Oleh karena itu, perkembangan
IPTEK akan memberikan keuntungan dan tidak akan menimbulkan kerugian atau
masalah baru apabila penduduk dapat mengelola perkembangan IPTEK dengan baik.
Perkembangan
IPTEK mendorong masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan setinggi-tingginya
agar tidak tertinggal oleh pesatnya kemajuan zaman di dalamnya termasuk
kemajuan IPTEK itu sendiri. Masyarakat mempelajari perkembangan IPTEK agar
mampu menggunakan internet dan teknologi informasi lain yang dapat mereka
peroleh melalui bangku pendidikan.
Hal ini terbukti dengan banyaknya anak-anak di desa Bokoharjo telah menggunakan
facebook, twitter dan sebagainya sebagai alat komunikasi jarak jauh selain hand
phone.
Melalui
perkembangan IPTEK masyarakat dapat menjalin hubungan dengan orang lain di
berbagai tempat yang berbeda tanpa mengalami kesulitan yang berarti dan tidak
perlu melakukan tatap muka secara langsung. Komunikasi yang dilakukan melalui
teknologi sebagai medianya akan terasa lebih praktis namun akan mengurangi
frekuensi silaturrahmi sehingga
menyebabkan hubungan antar manusia menjadi kurang akrab.
E. Strategi Pewarisan Budaya
Masyarakat Bokoharjo sistem
kekerabatannya masih sangat kental, di lingkungan masyarakat di Bokoharjo
sering di adakan kerja bakti
untuk memebersihkan atau memeperbaiki lingkungan. Masyarakat Bokoharjo juga sering mengadakan ronda malam untuk
keamanan lingkungan Bokoharjo. Kepercayaan masyarakat
Bokoharjo pada dulunya adalah beragama Hindu Budha namun terjadi akulturasi
kepercayaan dengan kebudayaan Islam. Sehingga pada saat ini mayoritas penduduk
di desa Bokoharjo beragama Islam. Budaya masyarakat Bokoharjo masih percaya
dengan mitos-mitos yang berbau mistis. Seperti menentukanhari baik ketika akan
melakukan hajatan atau pernikahan.
Perkembangan seni budaya di
masyarakat Ratuboko tidak berkembang dengan baik, hal ini dikarenakan seni
budaya yang ada di wilayah Ratuboko tidak dilakukan regenarasi secara turun
temurun yang mengakibatkan seni budaya di daerah situs Ratuboko mulai
menghilang dan terhapus oleh budaya baru akibat adanya pengaruh globalisasi, namun
tidak semua budaya di daerah Ratuboko hilang masih ada beberapa seni budaya
yang masih di pertahankan sampai saat ini. Di desa Dawung juga
terdapat sebuah seni tradisional berupa tarian srandul namun tarian tradisional
ini kini kian tergeser dan tinggal kenangan, dengan adanya budaya baru yang
bersifat modern dan tak ada regenerasi pada jaman dulu, selain itu ada pula
kesenian ketoprak dan wayang akan tetapi kesenian tersebut sekarang sudah tidak
berjalan lagi karena kurangnya
kesadaran masyarakat Bokoharjo dalam melestarikan
kebudayaan. Kesenian yang masih diwarisi di Bokoharjo
saat ini hanyalah pengajian untuk putra dan putri, sedangkan
kesenian yang lain hampir atau bahkan tidak ada, karena tergeser oleh kesenian modern dengan adanya globalisasi dan kurangnya kesadaran
masyarakat dalam melestarikan kebudayaan. Jadi pewarisan budaya yang ada di masyarakat boko harjo sekarang hanya
bisa di wariskan dengan waracarita yang di ceritakan secara turun temurun
Menurut kami, strategi dalam pewarisan budaya masih kurang dikembangkan oleh
masyarakat sekitar. Dibuktikan dengan adanya masyarakat yang kurang mengenal
atau mengetahui kebudayaan yang ada di mayarakat Bokoharjo. Kurangnya rasa
keingintahuan dan perkembangan teknologi yang begitu pesat membuat para pemuda
masyarakat ratu boko cenderung kurang peduli terhadap pelestarian kebudayaan.
F. Perkembangan Lingkungan Alam
Masyarakat Bokoharjo
masih peduli dengan lingkungan alam. Beberapa waktu lalu, warga masyarakat
menanam pohon untuk menjaga lingkungan alam agar tetap terjaga selain itu masyarakat Bokoharjo sering juga mengadakan program kerja bakti
untuk memebersihkan atau memeperbaiki lingkungan sekitar.
Pemasangan listrik di setiap daerah juga sudah mulai merata, namun masih ada
satu rumah yang masih belum mendapatkan aliran listrik, hal ini di akibatkan
karena jarak antara rumah yang satu dengan yang lainnya berjauhan, sehingga untuk
menyalurkan listrik membutuhkan dana yang cukup besar. Selain itu pembangunan
bilik sebagai penampungan airpun sudah ada di sekitar rumah penduduk, hal ini
di gunakan sebagai antisipasi musim kering. Karena Ratuboko merupakan daerah yang tinggi jadi untuk masalah
airpun mereka kesusahan, bahkan ada sebagian masyarakat yang membeli air untuk
mencukupi kebutuhan sehari-harinya.
BAB
IV
MASYARAKAT
DALAM MENGHADAPI GLOBALISASI
A. Ciri-ciri Globalisasi Masyarakat Bokoharjo
Tidak adanya
batas jarak dan waktu bagi masyarakat dalam melakukan komunikasi dengan
menggunakan handphone dan alat komunikasi lainnya menjadi cirri globalisasi di
masyarakat Bokoharjo. Tidak hanya satu handphone setiap keluarga, melainkan
setiap anggota keluarga memiliki masing-masing satu. Selain itu ada pula ciri
yang paling kentara lainnya, yaitu sudah semakin banyaknya penggunaan
barang-barang elektronik lain. Televisi sudah menjadi hiburan di setiap
ruang-ruang rumah, penggunaan teknologi modern sudah menjadi hal lumrah seperti
mesin cuci, traktor, magiccom, kipas
angin bahkan AC. Peningkatan taraf hidup masyarakat di Bokoharjo membawa dampak
bagi kebudayaan masyarakat sekitar. Memudarnya kebudayaan-kebudayaan asli
masyarakat Bokoharjo menjadi harga yang harus ditanggung seiring perkembangan
jaman. Hal ini dapat dilihat dari budaya kesenian sradul yang semakin minim
peminatnya, bahkan sudah hampir punah karena tidak ada generasi muda yang
meneruskan budaya terseebut. Dengan adanya kemajuan teknologi memudahkan
masyarakat dalam melakukan kegiatan baik dalam pertanian maupun kegiatan
lainnya, seperti traktor dan pompa air. Akan tetapi belum semua orang
menggunakan atau memanfaatkan kemajuan teknologi.
Ciri-ciri
globalisasi tersebut dapat dikelompokkan dalam beberapa bidang kemasyarakatan
sebagai berikut:
1.
Penggunaan Teknologi
Globalisasi
membawa perubahan yang signifikan dalam ruang dan waktu. Pada era globalisasi
seperti sekarang jarak dan batas antar wilayah atau negara semakin tidak
kentara. Terutama karena perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi.
Jarak yang jauh dapat ditempuh dengan waktu yang relative cepat, maupun dapat
pula menggunakan teknologi komunikasi yang menjangkau seluruh dunia.
Perkembangan
teknologi yang sangat terasa pada masyarakat khususnya masyarakat Bokoharjo
adalah Handphone, Televisi, dan
Internet yang memudahkan masyarakat Bokoharjo untuk melakukan komunikasi secara
global.
2.
Kepariwisataan
Pariwisata
merupakan suatu aspek yang dapat digunakan sebagai tolok ukur sejauh mana
globalisasi mempengaruhi masyarakat setempat. Hal tersebut dikarenakan
perkembangan pariwisata global didukung dengan perkembangan teknologi
transportasi dan komunikasi. Sehingga promosi daerah wisata menjadi mengglobal
dan keberadaan transportasi yang mendukung membuat Turisme menjadi hal yang
mendunia.
Keberadaan
Situs Ratu Boko merupakan suatu daerah tujuan wisata, selain itu masyarakat
sekitar situs juga merupakan desa wisata. Hal tersebut dapat terjadi karena
masyarakat Bokoharjo terbuka dengan budaya lain sehingga memungkinkan mereka
untuk mengikuti budaya asing tersebut. Pariwisata yang semakin pesat di Bokoharjo
membuat masyarakat setempat dapat merasakan banyak hal dari budaya berbeda, ini
merupakan salah satu ciri globalisasi yang dapat peneliti rasakan di daerah Bokoharjo.
3.
Kehidupan Ekonomi
Perkembangan
ekonomi global dapat dilihat jangkauan pasar suatu produk. Produk suatu negara
dapat masuk dengan mudah ke negara lain karena salah satunya adalah
perkembangan globalisasi. Hal tersebut menjadikan masyarakat di seluruh dunia
menjadi tergantung satu sama lain.
Hal
ini dapat dilihat dari penggunaan barang-barang bermerk internasional yang
dapat kita temui dengan mudah di masyarakat Indonesia khususnya Bokoharjo. Dari
peniti hingga barang elektronik bermerk dunia. Ini dapat kita katakana bahwa
masyarakat Bokoharjo terkena dampak globalisasi meskipun masyarakat mungkin
tidak merasakannya.
4.
Berkembangnya Media Massa dan Budaya
Peningkatan
interaksi kultural melalui perkembangan pariwisata dan media massa seperti
televisi, film, musik dan transmisi berita olah raga internasional merupakan
ciri globalisasi yang peneliti temukan di masyarakat Bokoharjo. Hal ini dapat
dilihat dari gaya hidup anak muda di masyarakat Bokoharjo yang mengikuti tren
dunia seperti musik-musik internasional, gaya rambut ala Korea, dan sebagainya.
Keempat ciri
tersebut merupakan garis besar ciri-ciri globalisasi yang peneliti temukan di
masyarakat Bokoharjo. Dari ciri-ciri tersebut dapat dikatakan bahwa pengaruh
globalisasi terhadap masyarakat Bokoharjo cukup besar mengingat ciri-ciri
tersebut hampir menyentuh seluruh lapisan masyarakat dan bidang-bidang sosial
kemasyarakatan.
B. Proses Globalisasi Masyarakat
Kemajuan
teknologi yang semakin memudahkan pekerjaan masyarakat dan meninggalkan
alat-alat yang tradisional dimana alat-alat yang baru semakin canggih dan
memudahkan masyarakat dalam melakukan aktifitas. Ditambah dengan lokasi yang
strategis dengan adanya lokasi wisata Ratuboko sehingga menjadikan wilayah Ratuboko
terkena dampak globalisasi.
Keberadaan
wisata kompleks Ratuboko memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap
perubahan masyarakat sekitar. Resiko sebagai Daerah Tujuan Wisata menjadikan
masyarakat Bokoharjo dinamis. Salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan
adalah adanya kontak dengan budaya lain, kedatangan para wisatawan yang membawa
budaya masing-masing membuat masyarakat Bokoharjo mengikuti budaya tersebut.
Hal tersebut terjadi karena adanya kontak antara budaya masyarakat Bokoharjo
dengan masyarakat lain yaitu para wisatawan.
Para wisatawan
yang datang tidak hanya masyarakat Indonesia, melainkan juga masyarakat
Internasional yang notabene mempunyai
taraf hidup yang lebih baik dibanding masyarakat Bokoharjo pada umumnya. Hal
tersebut menjadikan masyarakat meniru, mengikuti tren yang dibawa para
wisatawan tersebut. Salah satu contohnya adalah keberadaan Handphone yang merajalela di masyarakat Bokoharjo. Setiap rumah di
masyarakat Bokoharjo memiliki lebih dari satu Handphone. Tidak hanya itu, kebiasaan masyarakat untuk memanfaatkan
teknologi menjadi semakin bertambah. Contoh konkretnya seperti penggunaan mesin
cuci, kompor gas, lemari es, pompa air, semua teknologi tersebut memudahkan
pekerjaan sehari-hari masyarakat sehingga masyarakat cenderung menjadi lebih
malas untuk melakukan pekerjaan berat. Namun dampak negative ini tidak dapat
dilihat di sebagian besar masyarakat Bokoharjo.
C. Pengaruh Globalisasi Masyarakat
Globalisasi yang
melanda masyarakat seluruh dunia tentu membawa pengaruh bagi masyarakat baik
positif maupun negatif. Begitu pula yang peneliti temukan di masyarakat Bokoharjo
selama seminggu melakukan Observasi Partisipatoris. Kedua pengaruh tersebut
dijelaskan sebagai berikut:
1.
Pengaruh Positif Globalisasi
Pengaruh positif globalisasi yang
dapat dirasakan di masyarakat Bokoharjo antara lain:
a.
Terbukanya pasar Internasional
Keberadaan
Situs Ratu Boko merupakan objek wisata yang cukup digemari oleh wisatawan lokal
maupun internasional. Ini merupakan bukti bahwa pemasaran Situs Ratu Boko tidak
hanya dilingkup lokal melainkan juga lingkup internasional. Hal ini merupakan
dampak positif globalisasi sehingga masyarakat dapat merasakan manfaat dari
datangnya turis asing. Manfaat sebagai kas, maupun menjadi mata pencaharian
penduduk setempat. Sehingga produk lokal mampu dipasarkan ke daerah lain bahkan
negara lain.
b.
Berkembangnya etos kerja yang baik
Kita
dapat meniru pola pikir masyarakat lain atau budaya masyarakat lain.
Globalisasi menyebabkan adanya kontak dan interaksi antara budaya yang satu
dengan budaya lainnya. Hal ini pun terjadi di masyarakat Bokoharjo dimana
masyarakat mampu meniru etos kerja masyarakat lain melalui berbagai media
seperti TV, atau bahkan interaksi langsung dengan para turis yang berdatangan
ke situs Canti Boko.
c.
Meningkatnya arus komunikasi dan
transportasi masyarakat
Globaisasi
membawa dampak yang paling signifikan yaitu adanya komunikasi yang lebih intens
antar masyarakat secara tidak langsung yaitu melalui media telepon baik telepon
rumah ataupun Handphone. Selain itu
adanya globalisasi ikut membawa dampak posisitif terhadap arus transportasi
masyarakat. Berkembangnya alat transportasi membawa kemudahan masyarakat dalam
bepergian. Kedua hal tersebut dapat kita lihat di masyarakat Bokoharjo dimana
masyarakat Bokoharjo telah tergantung dengan HP dan juga berbagai moda transportasi.
2.
Pengaruh negatif globalisasi
Tidak
hanya membawa dampak positif bagi masyarakt, melainkan globalisasi juga membawa
dampak negativ bagi masyarakat. Hal tersebut tidak dapat dihindari dengan
mudah. Berikut beberapa pengaruh negativ
globalisasi bagi masyarakat:
a.
Lunturnya kebudayaan asli karena hiburan
luar lebih menarik, seperti acara televisi yang lebih menarik dibanding hiburan
jatilan atau srandul. Selain itu kegiatan seperti kenduri pun sudah tidak ada.
Jika masih adapun, dilakukan dengan sederhana dan tidak serumit seperti dahulu.
Misalnya isi berkat menggunakan bahan mentah yang siap saji seperti mie instan,
bukan lagi makanan matang seperti nasi, sayur, dan ikan.
b.
Lunturnya rasa cinta produk lokal.
Hal ini dapat kita jumpai di masyarakat
Bokoharjo dimana mereka akan menggunakan barang-barang dari luar. Seperti
merajalelanya makanan cepat saji dan minuman bersoda/ kemasan. Hal tersebut
tentu mengurangi minat masyarakat
terhadap makanan dan minuman lokal sehingga masyarakat juga semakin
malas untuk membuat makanan tersebut. Bukan hanya makanan melainkan juga produk lokal seperti kerajinan yang
tergeser dengan kerajinan pabrik.
c.
Gaya hidup kebarat-baratan
Perilaku ini lebih sering menjakiti
anak muda di sekitar Bokoharjo. Dimana mereka telah melupakan budaya sopan
santun terhadap orang yang lebih tua. Ini dapat peneliti lihat dari kehidupan
rumah tangga tempat peneliti menginap dimana anaknya lebih sering berada di
luar dengan teman-teman “Geng” nya dari pada di rumah untuk membantu keluarga.
Gaya hidup geng yang keluar malam hingga pagi merupakan budaya barat, sehingga
hal tersebut menjadikan anak muda menjadi tidak lagi menghargai orang tua
sebagaimana mestinya.
d.
Kemajuan teknologi yang tidak diimbangi
dengan moral
Kemajuan teknologi khususnya
teknologi informasi dan komunikasi seperti internet menyebabkan masyarakat
menjadi mudah meniru budaya lain yang dapat diakses dengan mudah dari internet
sehingga mereka akan melupakan budaya lokal.
Demikian beberapa dampak globalisasi terhadap
masyarakat yang pemeliti temukan di masyarakat Bokoharjo. Globalisasi bukanlah
hal yang dapat di hindari melinkan masyarakat harus mampu meminimalisir dampat
negatif globalisasi tersebut. Sehingga masyarakat akan mampu menghadapi
globalisasi dengan mengusung budaya lokal.
D. Upaya Mengatasi Masalah Negatif
Globalisasi
Seperti yang
telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa globalisasi membawa dampak bagi
masyarakat baik dampak positif maupun negatif. Sehingga diperlukan upaya untuk
mengatasi atau meminimalisir dampak negatif dari globalisasi. Berikut ada
beberapa langkah yang peneliti sarankan untuk mengurangi dampak negatif
globalisasi, yaitu:
a.
Lebih mengenalkan masyarakat terhadap
kebudayaan asli daerah dan mengajak mereka untuk ikut bergabung dalam kegiatan
tersebut. menyaring masuknya suatu kegiatan yang baru untuk diambil hal-hal
positifnya saja.
b.
Membentengi diri pribadi dengan ajaran
agama dan pancasila sehingga masyarakat akan memilih-milih globalisasi mana
yang pantas untuk ditiru dan mana yang tidak harus ditiru atau dihindari.
c.
Di lingkungan keluarga, peran orang tua
sangat sentral dalam mengurangi dampak negatif globalisasi. Orang tua harus
memberikan pengawasan lebih kepada pergaulan anaknya.
d.
Adanya canpur tangan pemerintah daerah
untuk mengupayakan daerah Bokoharjo sebagai daerah wisata, sehingga akan
meningkatkan kemauan masyarakat setempat untuk melestarikan budaya mereka.
e.
Melakukan pelestarian budaya lokal
dengan melakukan pementasan dan memberikan pelatihan-pelatihan budaya kepada
generasi muda
f.
Sekolah khususnya guru hendaknya
menggunakan budaya lokal sebagai sarana belajar, seperti karya wisata atau
menggunakan pembelajaran kontekstual
g.
Aparat keamanan setempat hendaknya
selalu melakukan kontrol terhadap penyimpangan-penyimpangan kecil yang
ditakutkan akan menjalar semakin besar
Upaya-upaya tersebut hanya dapat dilaksanakan bila
ada kesadaran dari masing-masing komponen masyarakat akan peran dan
kedudukannya di dalam masyarakat. Hendaknya kesemua komponen saling
berkoordinasi untuk mengurangi dampak negative globalisasi khususnya terkait
memudarnya budaya lokal masyarakat setempat.
BAB
V
PENUTUP
A.
Kesimpulan
Kawasan
kegiatan KKL III merupakan alluvial fans (kipas alivial) yang tersusun atas
alluvium sebagai hasil perombakan escarpment bagian atas. Bagian tadi berasal
dari formasi similar yang terendap antara 35 juta sampai 87 juta tahun yang
lalu, terdiri atas batu marvum dan fumis yang asam. Sehingga tanah di kawasan
ini bersifat asam dan memiliki produktifitas yang rendah.
Menurut
pengukuran, pH tanah di kawasan tersebut berkisar antara 4,2 – 5,6. Walaupun
berada di kawasan miskin hara, setelah menjadi dataran, terbentuk fumus dan penduduk di sana member
pupuk alami maupun buatan, lahan di kawasan tersebut menjadi lebih produktif.
Bokoharjo
merupakan suatu pemerintah dengan nomor kode: 3404092006 yang terletak di
wilayah Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Tingkat II Daerah
Istimewa Yogyakarta. Kelurahan Bokoharja memiliki luas wilayah 550 Ha. Jumlah
penduduk Kelurahan Bokoharjo keseluruhan ada 5.345 jiwa orang.
Masyarakat
Bokoharjo bermatapencaharian sebagai petani, peternak, pegawai negeri,
pedagang, dan juga bertugas di dinas purbakala, dan sebagainya. Keberadaan
situs ratu boko membawa pengaruh terhadap masyarakat sekitar, dimana
perekonomian masyarakat Boko mengalami peningkatan. Jika dikaitkan dengan
geologi ekonomi, yaitu keberadaan formasi similar dimana terdapat batuan yang
dimanfaatkan masyarakat sebagai barang komoditi yang digergaji dan dibentuk
dengan batu tempel.
Saat
ini Candi Boko menjadi salah satu obyek wisata yang menarik di Kabupaten
Sleman. Cerita atau legenda seperti di atas juga menjadi daya tarik tersendiri
bagi para wisatawan. Ditambah dengan adanya mitos-mitos mengenai candi Boko
seperti kolam pemandian yang airnya tidak pernah habis walau pada musim
kemarau. Kompleks Ratu Boko memiliki keunikan dan daya tarik tersendiri. Karena
lokasinya berada di dataran tinggi, maka dari sini terlihat pemandangan yang
memukau.
B.
Saran
Berikut ini merupakan beberapa saran yang dapat kami
sampaikan, yaitu sebagai berikut:
1. Dalam menghadapi globalisasi, masyarakat Bokoharjo
harus tetap mampu melestarikan kebudayaan asli mereka, seperti kesenian srandul
dan kebudayaan lainnya.
2. Menanamkan nilai-nilai karakter pada generasi
penerus agar mampu menghadapi globalisasi.
3. Memanfaatkan potensi masyarakat serta lingkungan
setempat dengan maksinal untuk kemajuan masyarakat Bokoharjo.
Langganan:
Postingan (Atom)