Selasa, 08 April 2014

SECANGKIR TEH



Malam ini masih sama seperti kemarin. Sama dan persis,,tak ada yang dispesialkan. Masih dengan secangkir teh. Secangkir teh panas hadir sebagai teman karib tersodor untuk dinikmati untuk beberapa waktu ini. Sedikit menyita waktu yang tak berapa lama…sedikit tapi menyita fokus. Mungkin ini namanya belajar kesabaran yang selama  ini dielu-elukan sebagai mantra kehidupan katanya. Mengalah pada panas dapati hangat untuk bisa menikmatinya. Dahi mulai mengernyit berkerut kerut terlihat garis kulit. Inilah reaksi sebuah penolakan yang tak secara langsung. Lidah tak bisa menangkap rasa yang diharapkan. Tak ada sisi manis, pahit yang ditawarkan. Pahitpun itu tetap teh bukan. Tak semuanya yang kita harapkan sesuai. Tak semua bisa menikmati sisi manismu. Tinggal menunggu keberuntungan saja. Kalau kalau beruntung tak lupa dibubuhkan pemanis pada secangkir teh itu kan kamu dapati sisi manis. Tak seperti teh yang kuminum sekarang pahit. Sedikit kuteguk dengan sisa kubiarkan dingin basi dan tak dapat kunikmati lagi. Sedikit gerutu, tapi tetap ingat cara mengucap syukur. Setidaknya kau tak memberiku rasa candu untuk selalu menikmatimu. Ya rasa candu yang membuatku terfokus padamu, sampai-sampai lupa untuk menikmati yang lainnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar