Senin, 07 April 2014

laporan KKL di kawasan Bokoharjo



BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang
Kawasan Bokoharjo merupakan laboratorium bagi Prodi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Laboratorium ini dibangun dengan tujuan untuk memfasilitasi kegiatan pembelajaran bagi mahasiswa Prodi Pendidikan IPS pada khususnya. Kawasan ini juga dipilih sebagai lokasi pelaksanaan kegiatan Kuliah Kerja Lapangan (KKL) III. Lokasi ini dipilih karena memiliki potensi historis, ekonomi, geografi, sosial budaya, sebi dan politik yang berkaitan erat dengan mata kuliah mahasiswa Prodi Pendidikan IPS.
Dalam pelaksanaan KKL III, mahasiswa dituntut agar dapat berbaur dengan masyarakat di kawasan Bokoharjo sehingga mahasiswa Prodi Pendidikan IPS mengetahui karakter masyarakat Bokoharjo serta kondisi alam di sekitar wilayah tersebut. selain itu, mahasiswa juga diharapkan mampu memberikan solusi bagi masyarakat Bokoharjo sehingga masyarakat tersebut mampu menghadapi globalisasi.

B.     Tujuan
Dalam pelaksanaan kegiatan KKL III terdapat dua tujuan, yaitu sebagai berikut.
1.         Tujuan umum
Menganalisis pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni bagi masyarakat.
2.         Tujuan khusus
Setelah melaksanakan mata kuliah ini, mahasiswa mampu:
a.         Mendeskripsikan kondisi umum geografis, historis, ekonomis, sosial, budaya, seni dan politik masyarakat Bokoharjo.
b.        Mendeskripsikan kehidupan sehari-hari masyarakat Bokoharjo dan sekitarnya.
c.         Mengidentifikasi dampak perkembangan ipteks bagi lingkungan hidup di Bokoharjo dan sekitarnya.
d.        Mengidentifikasi berbagai pengaruh perkembangan ipteks terhadap perubahan sosial budaya masyarakat.
e.         Mengidentifikasi berbagai dampak negative perkembangan ipteks bagi lingkungan hidup di Bokoharjo dan sekitarnya.
f.         Mendeskripsikan berbagai sikap masyarkat Bokoharjo dalam menghadapi globalisasi.
g.        Mendeskripsikan penerapan ipteks dalam kehidupan masyarkat Bokoharjo.
h.        Mendeskripsikan berbagai upaya masyarakat Bokoharjo dan peranan Pemerintah dalam menanggulangi dampak negative perkembangan ipteks di Bokoharjo dan sekitarnya.
i.          Menganalisis upaya strategis yang perlu dilakukan dalam menanggulangi berbagai dampak negative akibat perkembangan ipteks.

C.    Lokasi
Kegiatan KKL III mahasiswa Prodi Pendidikan IPS angkatan 2009 dilaksanakan di tiga dukuh, yaitu Plempoh, Cepit dan Dawung. Yang terdapat di Desa Bokoharjo, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta.









BAB II
KONDISI ALAM DAN MASYARAKAT BOKOHARJO

A.      Kondisi Geografis dan Politik
Kawasan kegiatan KKL III merupakan alluvial fans (kipas alivial) yang tersusun atas alluvium sebagai hasil perombakan escarpment bagian atas. Bagian tadi berasal dari formasi similar yang terendap antara 35 juta sampai 87 juta tahun yang lalu, terdiri atas batu marvum dan fumis yang asam. Sehingga tanah di kawasan ini bersifat asam dan memiliki produktifitas yang rendah.
Menurut pengukuran, pH tanah di kawasan tersebut berkisar antara 4,2 – 5,6. Walaupun berada di kawasan miskin hara, setelah menjadi dataran,  terbentuk fumus dan penduduk di sana member pupuk alami maupun buatan, lahan di kawasan tersebut menjadi lebih produktif.
Karena daerah tersebut merupakan daerah dataran, maka mempermudah terjadinya mobilitas penduduk yang terkonsentrasi pada dua dukuh, yaitu dukuh Cepit dan dukuh Plempoh. Dengan penduduk yang padat, mengakibatkan perubahan sosial lebih cepat dibanding dengan daerah yang jarang penduduknya.
Bokoharjo adalah sebuah kelurahan  dengan dasar hukum: INMENDAGRI Nomor: 23 Tahun 1989. Kelurahan  Bokoharjo merupakan suatu pemerintah dengan nomor kode: 3404092006 yang terletak di wilayah Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Tingkat II Daerah Istimewa Yogyakarta.
Kelurahan Bokoharja memiliki luas wilayah 550 Ha dengan batas-batas wilayah berikut ini:
a.         Sebelah utara berbatasan dengan Kelurahan Tamanmartani, Kalasan, Sleman
b.         Sebelah selatan berbatasan dengan Kelurahan Madurejo, Prambanan, Sleman
c.         Sebelah barat berbatasan dengan Kelurahan Tirtimartani, Tamanmartani, Kalasan Sleman
d.        Sebelah timur berbatasan dengan Kelurahan Pereng, Prambanan, Klaten
Sementara kondisi geografis Kelurahan Bokoharjo dapat diuraikan berikut:
a.         Ketinggian tanah dari permukaan laut          : 200 M
b.         Banyaknya curah hujan                                : 200 – 3000 mm/th
c.         Suhu udara rata-rata                                     : 32 – 36 °C
Jarak pusat Pemerintahan Kerurahan dengan pusat pemerintahan di atasnya berikut ini:
a.      Jarak pusat Pemerintahan Desa Bokoharjo dengan Pusat Pemerintahan Kecamatan 0,5 KM
b.    Jarak pusat Pemerintahan Desa Bokoharjo dengan Ibukota Kabupaten Daerah Tingkat II: 30 Km
c.     Jarak pusat Pemerintahan Desa Bokoharjo dengan Ibukota Pro[pinsi Daerah Tingkat I Daerah Istimewa Yogyakarta: 20 Km
Kelurahan Bokoharjo ini terdiri atas 13 pedukuhan, pedukuhan-pedukuhan yang ada di Kelurahan Bokoharjo nampak pada tabel berikut.
Pedukuhan di Kelurahan Bokoharjo
No
Pedukuhan
Jumlah KK
Jumlah RT
1.
Pulerejo
64
8
2.
Klurak Baru
27
6
3.
Kranggan
68
8
4.
Gatak
34
5
5.
Ringinsari
33
5
6.
Dawung
25
4
7.
Cepit
33
4
8.
Marangan
47
8
9.
Majasem
23
4
10.
Jobohan
21
10
11.
Pelemsari
32
5
12.
Jirak
10
4
13.
Jamusan
45
5
Jumlah
453
76

Jumlah penduduk Kelurahan Bokoharjo keseluruhan ada 5.345 jiwa orang terdiri atas 4.945 orang laki-laki dan 400 orang perempuan berasal dari 3.436 kepala keluarga. Jika dilihjat dari jenis kewarganegaraannya, penduduk kelurahan Bokoharjo ada berkewarnegaraan asing.

B.       Persebaran Kegiatan Ekonomi
Masyarakat Bokoharjo bermatapencaharian sebagai petani, peternak, pegawai negeri, pedagang, dan juga bertugas di dinas purbakala, dan sebagainya. Keberadaan situs ratu boko membawa pengaruh terhadap masyarakat sekitar, dimana perekonomian masyarakat Boko mengalami peningkatan. Selain itu, keberadaan situs ratu Boko menyebabkan adanya perbaikan jalan yang membawa dampak positif masyarakat seperti memperlancar transportasi dan meningkatkan mobilitas sosial.
Jika dikaitkan dengan geologi ekonomi, yaitu keberadaan formasi similar dimana terdapat batuan yang dimanfaatkan masyarakat sebagai barang komoditi yang digergaji dan dibentuk dengan batu tempel.
Potensi keraton ratu boko bagi masyakarat salah satunya dalam aspek peluang dan usaha. dengan banyaknya wisatawan yang berkunjung ke ratu boko, masyarakat mempunyai peluang untuk membuka usaha dalam bidang perniagaan seperti menjadi pedagang kaki lima, membuka toko di sekitar areal keratin ratu boko. Masyarakat bisa menjual souvenir, oleh oleh, makanan dan minuman kepada para wisatawan. Hotel-hotel yang berada di sekitar keratin ratu boko mendapatkan pemasukan dari banyak wisatawan yang menginap untuk berwisata di keraton ratu boko.  Selain itu para penyedia jasa transportasi juga mendapatkan keuntungan dari obyek wisata tersebut. Agen-agen wisata, bus bus kota yang melewati obyek tersebut kebanjiran penumpang karena banyak wisatawan yang ingin berkunjung ke sana. Situs boko ini juga bermanfaat untuk kegiatan sekolah, seperti eksplorasi, kegiatan pramuka dan lain-lain.
Selain itu, Disekitaran komplek Ratu Boko, terdapat desa Wisata yang dikenal dengan Desa wisata Plempoh. Desa wisata ini tepatnya terletak di Bokoharjo, Prambanan, Sleman, Yogyakarta.  Desa Wisata Plempoh menyediakan banyak fasilitas bagi wisatawan yang ingin menikmati keindahan dari suasana pedesaan serta keagungan nilai budaya yang terletak di sekitaran Candi Ratu Boko.  Fasilitas tersebut antara lain adalah Homestay atau rumah penginapan yang dapat dimanfaatkan untuk tempat menginap para pengunjung dan wisatawan baik dari dalam negeri maupun manca negara.  Homestay tersebut didukung dengan adanya Restauran dan tempat penjualan cinderamata apabila pengunjung ingin mencari oleh-oleh.
Selain menikmati keindahan alam sekitar, di desa wisata ini pengunjung juga dapat merasakan berbagai kehidupan bertani yang bisa anda lakukan bersama keluarga. Membajak sawah, menanam padi atau ikut memanen pai yang mulai menguning. Semua akan mengingatkan pada kita tentang keagungan mahakaraya Indonesia.

C.      Perkembangan Sejarah
Sejarah dari situs Ratu Boko berkaitan dengan berdirinya candi Prambanan dalam cerita “Roro Jonggrang”. Dalam legenda tersebut, Roro Jonggrang adalah anak dari Raja Keraton yang didekati oleh Bandung Bondowoso. Namun Roro Jonggrang meminta syarat untuk dibuatkan 1000 candi dalam satu malam.
Keraton Ratu Boko hingga sekarang masih menjadi misteri yang belum dapat dijelaskan kapan dan oleh siapa nama tersebut diberikan. Kata Keraton berasal dari kata Ke-Ratu-an yang artinya istana atau tempat tinggal ratu atau berarti juga raja, sedangkan Boko berarti bangau (burung). Hal ini masih menjadi pertanyaan siapa sebenarnya Raja Bangau tersebut, apakah penguasa pada zaman itu atau nama burung dalam arti Ratoe Boko.
Reruntuhan Keraton Ratu Boko ini ditemukan pertama kali oleh Van Boeckholtz pada tahun 1790. Seabad setelah penemuan Van Boeckholtz, yaitu sekitar tahun 1890, FDK Bosch mengadakan riset arkeologis tentang peninggalan kepurbakalaan di selatan Candi Prambanan dalam laporan yang berjudul Kraton Van Ratoe Boko.
Dari Situs itu sendiri ditemukan bukti tertua yang berangka tahun 792 Masehi berupa Prasasti Abhayagiriwihara. Abhaya berarti tidak ada bahaya, Giri berarti bukit/gunung, vihara berarti asrama/tempat. Dengan demikian Abhayagiri Vihara berarti asrama/ tempat para Bihksu Agama Budha yang terletak di atas bukit yang penuh kedamaian atau vihara tempat para bihksu mencari kedamaian, tempat menyepi dan memfokuskan diri pada kehidupan spiritual. Prasasti itu menyebutkan seorang tokoh bernama Tejahpurnpane Panamkorono. Diperkirakan, dia adalah Rakai Panangkaran yang disebut-sebut dalam Prasasti Kalasan tahun 779 Masehi, Prasati Mantyasih 907 Masehi, dan Prasasti Wanua Tengah III tahun 908 Masehi. Rakai Panangkaran lah yang membangun candi Borobudur, Candi Sewu, dan Candi Kalasan. Meski demikian Situs Ratu Boko masih diselimuti misteri. Belum diketahui kapan dibangun, oleh siapa, untuk apa, dan sebagainya. Orang hanya memperkirakan itu sebuah bangunan keraton.
Bangunan Keraton Boko merupakan benteng pertahanan Balaputradewa atau Rakai Kayuwangi, putera bungsu Rakai Pikatan. Konon Rakai Kayuwangi diserang oleh Rakai Walaing Puhuyaboni, cicit laki-laki Sanjaya yang merasa lebih berhak atas tahta daripada Rakai Pikatan, karena Rakai Pikatan hanyalah suami dari Pramodharwani, puteri mahkota Samarottungga yang beragama Budha. Dalam pertempuran tersbut Rakai Walaing berhasil dipukul mundur dan terpaksa mengungsi di atas perbukitan Ratu Boko dan membuat benteng pertahanan di sana. Namun pada akhirnya Keraton Boko dapat digempur dan diduduki Rakai Kayuwangi yang secara sengaja merusak prasasti yang memuat silsilah Rakai Walaing, dengan menghilangkan bagian yang memuat nama-nama ayah, kakek dan buyut Rakai Walaing.
Saat ini Candi Boko menjadi salah satu obyek wisata yang menarik di Kabupaten Sleman. Cerita atau legenda seperti di atas juga menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Ditambah dengan adanya mitos-mitos mengenai candi Boko seperti kolam pemandian yang airnya tidak pernah habis walau pada musim kemarau.
Kompleks Ratu Boko memiliki keunikan dan daya tarik tersendiri. Karena lokasinya berada di dataran tinggi, maka dari sini terlihat pemandangan yang memukau. Di arah utara Candi Prambanan dan Candi Kalasan dengan latar belakang pemandangan Gunung Merapi dengan suasana pedesaan dengan sawah menghijau di sekelilingnya. Selain itu, arah selatan, bila cuaca cerah, di kejauhan samar-samar dapat terlihat Pantai Selatan.
Pemandangan senja saat matahari terbenam dari atas kawasan Bukit Boko sangat indah. Di arah utara Candi Prambanan dan Candi Kalasan dengan latar belakang pemandangan Gunung Merapi dengan suasana pedesaan dengan sawah menghijau di sekelilingnya.

D.      Sistem Sosial dan Warisan Seni Budaya
Kepercayaan masyarakat Bokoharjo dulunya adalah agama hindu. Adanya peninggalan sejarah berupa candi boko dan candi disekitar candi boko dapat menjadi bukti bahwa pada masa itu masyarakat Bokoharjo  pernah memeluk agama hindu. Akan tetapi saat ini masyarakat di wilayah Bokoharjo mayoritas memeluk agama Islam. Kebudayaan agama hindu sebagai warisan budaya masih dapat kita temui di wilayah Bokoharjo seperti  masih adanya alkuturasi yang dibawa saat penyebaran agama islam saat dahulu. Akulturasi antara agama hindu dan agam islam masih terjaga di wilayah Bokoharjo. masih adanya kegiatan kenduri dalam hajatan merupakan salah satu bentuk akulturasi kedua agama tersebut. Kenduri pada zaman dahulu merupakan tradisi agama Hindu yang digunakan untuk bersembahyang. Namun pada perjalanannya kenduri digunakan untuk mempermudah penyebaran agama Islam, agama Islam tidak menghilangkan tradisi seperti kenduri. Tradisi Kenduri masih dilaksanakan masyarakat Bokoharjo baik hajatan untuk menikahkan anak ataupun peringatan orang meninggal. Bentuk akulturasi lain seperti penentuan hari baik untuk menikahkan anak, dan juga masih adanya kepercayaan peringatan orang meninggal seperti 7 hari, 100 hari.
Masyarakat Bokoharjo sendiri masih mempunyai kepercayaan mitos yang  masih dipegang. Contohnya saja mereka percaya disebuah candi banyu nibo tesebut ada  maklhuk penunggunya sehingga kita tidak boleh berkata jorok atau kotor dan adanya larangan untuk berbicara kotor di dekat kolam pemandian agar tidak terjadi sesuatu yang dapat menimpa. Menurut cerita pernah ada orang yang meninggal tenggelam karena berbicara kotor ditempat itu sehingga semua orang baik masyarakat dan pengunjung selalu disuruh untuk menjaga perkataan mereka. Menurut masyarakat Bokoharjo kolam pemandian yang berada di sekitar candi itu tidah akan pernah habis meskipun musim kemarau panjang.
Interaksi sosial masyarakat Boko sudah terjalin sejak dulu. Terbukti dengan adanya dua candi, yaitu candi Barong dan candi Banyu Nibo, dimana candi Barong merupakan candi hindu dan candi banyu nibo merupakan candi budha yang letaknya berdekatan. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat solidaritas dan toleransi yang tinggi antara kedua umat beragama tersebut. dan sampai saat ini solidaritas masyarakat masih terjaga dengan baik.dapat kita lihat saat ini solidaritas itu masih terjaga. kehidupan dalam bermasyarakat sangat terjalin dengan baik dan harmonis. Meski letak rumah saling berjauhan mereka saling mengenal satu sama lain. Mereka saling sapa jika bertemu atau dalam bahasa Jawanya yaitun”srawung”  Suasana ini tidak mungkin kita temui di daerah perkotaan yang masyarakatnya sudah individualistik. Wilayah Bokoharjo merupakah wilayah yang sudah maju. Setiap dukuh di wilayah Bokoharjo ini sudah berdiri PAUD (Pendidikan Anak Usia Dini). Salah satunya PAUD yang ada di pedukuhan Plempoh tepatnya di rumah mbah guru. Organisasi muda-mudi seperti karang tarunapun masih ada di wilayah plempoh ini. Sebagai penganut agama Islam, masyarakat Bokoharjo ini sering diadakan pengajian rutin. Partisipasi warga mengikuti pengajianpun sangat baik. banyak warga yang datang menghadiri pengajian yang diadakan dengan tempat secara bergiliran.
Bahasa yang digunakan oleh masyarakat Bokoharjo sendiri yaitu bahasa Jawa. Bahasa Jawa merupakan bahasa sehari-hari dalam berinteraksi baik dalam lingkungan keluarga atapun masyarakat. Dalam masyarakat Bokoharjo kebanyakan menganut sistem patriarkhi. Hal ini dapat terlihat dari keluarga yang kami tempati. Ibu Tukiman bukan merupakan asli dari wilayah Bokoharjo, dia tinggal di Bokoharjo semenjak beliau menikah dengan bapak Tukiman. Selain itu anak perempuannya yang telah menikah, tinggal bersama suaminya. Hal itu menunjukan adanya seorang istri kebanyakan tidak hanya berdiam diri dirumah, kan tetapi juga ikut bekerja agar kebutuhan keluarga dapat terpenuhi. Masyarakat Bokoharjo sendiri sudah mengutamakan pendidikan bagi anak-anaknya. Para orang tua bekerja keras demi dapat menyekolahkan anaknya. Mayoritas anak muda yang berada di Bokoharjo ini minimal merupakan lulusan SMA/ SMK.
Di wilayah Bokoharjo sampai saat ini sistem gotong-royong masih ada seperti  kerjabakti untuk membersihkan atau memperbaiki lingkungan seperti membuat jalan, membersihkan kampung masih terjaga atau dilaksanakan. Saling bantu-membantu dengan tetangga merupakan hal patut kita contoh. Kerukunan antar warga tercipta dengan adanya kegiatan gotong-royong.Selain itu kegiatan ronda masih dilakukan untuk menjaga keamanan desa yang dilaksanakan dengan sistem jadwal dan tempatnya secara bergiliran.  Rumah yang ada di wilayah ini umumnya atapnya berbrntuk limasan. Akan tetapi saat ini sudah jarang rumah yang menggunakan atap limasan. Kebanyakan sekarang rumah sudah menggunakan tipe rumah modern.
Seni budaya yang terdapat di Bokoharjo adalah srandul. Srandul merupakan suatu kesenian yang hampir mirip seperi wayang  atau ketoprak. Kesenian ini sudah ada sejak lama. Namun untuk saat ini, kesenian tersebut sudah tidak berjalan lagi karena berkurangnya minat pemuda dalam mengembangkan kesenian tersebut karena lebih tertarik dengan kesenian modern, seperti graffiti. Selain itu mungkin seni srandul sudah dianggap sebagai seni yang kuno bahkan ketinggalan jaman.
Arsitektur rumah yang ada di  daerah Bokoharjo ini menggunakan arsitektur Jawa limasan. Dalam sistem pemerintahan wilayah Bokoharjo ini sudah menggunakan sistem demokrasi. Demokrasi sudah tampak dalam pemilihan dukuh di wilayah Bokoharjo sendiri.




BAB III
PERKEMBANGAN MASYARAKAT

A.      Perkembangan Ekonomi
Ratu Boko merupakan situs purbakala yang berada diatas bukit setinggi 195 m  diatas permukaan laut. Panorama yang indah dapat dinikmati di kawasan Ratu boko. Terlihat pemandangan yang sangat indah candi prambanan dan gunung merapi dari situs candi tersebut. Dijadikannya situs ratu boko menjadi obyek wisata tentunya membawa dampak bagi masyarakat yang ada di sekitar kawasan situs ratu boko. salah satunya dalam bidang ekonomi.  Perekonomian masyarakat Bokoharjo juga didompleng dengan adanya situs Ratu Boko yang dijadikan sebagai obyekyang tinggal di sekitar  candi. Dapat terlihat adanya orang yang berjualan di sekitar wilayah wisata tersebut. Adanya situs Ratu Boko ini memberikan dampak positif bagi masyarakat atau penduduk khususnya di sekitar tempat wisata yaitu meningkatkan pendapatan penduduk dan umumnya pendapatan daerah kebupaten Sleman.
Kegiataan ekonomi selain dalam wisata, ada juga pertanian,industri, dagang, dan pertenakan. Sebagian besar penduduk di kawasan ini memiliki mata pencaharian sebagai petani. Mereka kebanyakan menjadi petani penggarap. Petani penggarap merupakan orang yang menggarap sawah milik orang dengan sistem bagi hasil. Seperti pemilik rumah yang kami diami saat kuliah kerja lapangan 3, pemilik rumah merupakan seorang petani penggarap. Petani penggarap ini mengerjakan sawah dari mulai menabur benih sampai memanen. Tanaman  yang ditanam biasanya tanaman padi. Dengan semakian majunya jaman, dalam bidang pertanian ini ditunjang adanya kemajuan teknologi. Adanya kemajuan teknologi seperti adanya sistem irigasi dan alat-alat pertanian (traktor, dll) ini dapat menunjang dalam pengolahan untuk meningkatkan hasil pertanian. pada pengolahan sawah ini tidak semua petani menggunakan alat-alat yang serba modern. Karena pada kenyataannya masih banyak petani di boko menggunakan alat-alat tradisional seperti ani-ani. Satu petak sawah dikerjakan bersama-sama dengan petani penggarap lainnya.    hasil pertanian ini nantinya didistribusikan. Kemajuan teknologi dalam bidang transportasi ini memudahkan dalam mendistribusikan hasil pertanian. ke pasar-pasar seperti pasar prambanan yang dekat dengan wilayah Bokoharjo.  Akan tetapi dengan wilayah Bokoharjo yang terbentuk adanya formasi similir membuat wilayah Bokoharjo ini memiliki unsur hara yang sedikit. Yang dikatakan miskin unsur hara sehingga berdampak pada pertanian sebaliknya di bawah bukit memiliki unsur hara yang kaya. Dengan adanya situsasi dan berkembangnya maka muncullah kegiatan ekonomi lainnya. Kegiatan pertenakan juga ditemukan di sini. Perternakan yang berkembang adalah perternakan sapi. Selain perternakan juga banyak muncul industri barang dan jasa. Industri yang ada di sekitar daerah tersebut yaitu industri alat kesehatan. Akan tetapi adanya industri tidak memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan ekonomi desa Bokoharjo karena tenaga kerja yang diserap mayoritas dari luar desa. Hanya sedikit sekali masyarakat Bokoharjo yang menjadi pekerja alam industri.
Bokoharjo yang dijadikan sebagai desa wisata tidak terlalu memberikan konstribusi dalam ekonomi bagi kemajuan Bokoharjo sendiri. Desa wisata ini berkembang dengan atas nama desa tapi pada perjalanannya desa wisata merupakan sebuah usaha keluarga. Jadi desa wisata plempoh ini tidak dilaksanakan atas desa tapi atas kepentingan perorangan. Keuntungan  dari adanya desa wisata Plempoh hanya dirasakan oleh kalangan tertentu saja. Namun adapula beberapa kegiatan ekonomi seperti pabrik alat kesehatan yang tidak terlalu memberikan kontribusi besar terhadap perkembangan ekonomi desa Bokoharjo karena pekerja pabrik mayoritas dari luar desa.
Dengan berbagai kegiatan ekonomi yang ada di wilayah Bokoharjo ini mampu meningkatkan kesejahteraan serta taraf  yang semakin baik. Keaadaan ekonomi masyarkat Bokoharjo dapat dikatakan sedang. Keadaan ekonomi ini dapat terlihat dengan Sudah jarang ditemui rumah warga desa yang rumahnya berdinding kayu. Rata-rat rumah sudah berdinding batu-bata dan telah memenuhi kriteria rumah sehat .  Meski masih ada beberapa rumah yang berdinding kayu. Meningkatnya kesejahteraan serta taraf hidup masyarakat Bokoharjo sendiri berdampak pada kesadaran pentingnya pendidikan, gaya hidup.

B.       Perkembangan Seni Budaya
Seiring dengan berkembangnya kemajuan jaman dan dibukanya situs Ratu Boko tentunya memberikan dampak positif serta negatif bagi perkembangan masyarakat itu sendiri. Termasuk dalam seni budaya, perubahan pada perkembangan seni dan budaya tidak bisa terlepas dari kedua faktor tersebut. dampak positif itu antara lain  masyarakat dapat mengenal kebudayaan baik dari bahasa dari daerah lain maupun dari  mancanegara. Dampak negatifnya yaitu masyarakat semakin melupakan kebudayaan dari daerah sendiri sehingga jati diri daerah tersebut kian lama kian luntur digantikan dengan kebudayaan.
Kebudayaan srandul  yang merupakan kesenian asli wilayah daerah Bokoharjo. kesenian ini seharusnya bisa menjadi sebuah kekuatan bagi desa Bokoharjo ini.  Srandul merupakan sebuah bentuk kearifan lokal yang ada di wilayah indonesia khusunya di wilayah yogyakarta yang harus dilestarikan keberadaanya.  Kesenian yang seharusnya menjadi ikon wilayah Bokoharjo ini kian lama kian luntur. sudah ada sejak dulu  ini ternyata pada saat ini kurang diminati dan diperhatikan oleh masyarakat karena kurangnya minat dari warga sendiri, terutama kalangan pemudanya.  Para pemuda tahu bahwa kesenian srandhul itu merupakan kesenian yang ada di wilayah mereka. namun, mereka tidak tahu secara jelas seni srandhul itu sendiri seperti apa. Hal ini mungkin karena kebudayaan srandul  sudah jarang dipentaskan sehingga para pemuda tidak mengetahui srandhul. Para pemuda justru lebih senang atau suka dengan adanya kesenian modern. Mungkin srandhul sudah dianggap kuno sehingga kurang mendapat perhatian dari masyarakat setempat. banyak masyarakat yang lebih suka dengan seni-seni lain yang lebih modern
Adanya globalisasi ini juga berpengaruh terhadap tatanan keluarga yaitu dalam penggunaan bahasa dalam keluarga. Sekarang penggunaan bahasa krama dalam bahasa Jawa semakin luntur. Penggunaan bahasa krama dalam sebuah keluarga biasanya digunakan dari anak untuk orang yang lebih tua seperti untuk kakak, dan orangtua. Penggunaan bahasa krama untuk saat ini pada masyarakat Bokoharjo semakin luntur. Bahasa yang digunakan saat berbicara kepada oarng yang lebih tua menggunakan bahasa ngoko. Bahasa ngoko merupakan bahasa yang digunakan untuk teman sebaya.  Hal itu menyebabkan anggapan atau nampak terlihat kurang sopan.
Masyarakat Bokoharjo sendiri pada umumnya rumahnya menggunakan arsitektur Jawa dimana atapnya berbentuk limasan. Namun seiring jalan, sekarang sudah jarang orang yang menggunakan atap limasan sehingga filosofi Jawa itu semakin tidak terlihat. Rumah yang dibangun oleh masyrakat Bokoharjo sendiri sekarang mengadopsi dari gaya Eropa. Namun masih ada bangunan rumah yang menggunakan filosofi Jawa. Hal itu mungkin disebabkan adanya gaya eropa yang lebih menarik dan tentunya tidak memerlukan biaya yang besar dalam membuat rumah.

C.      Perkembangan Politik
Perkembangan politik di dearah Ratuboko cukup rumit, ini dimulai ketika daerah situs Ratuboko di perkenalkan sebagai daerah wisata sejarah yang mengakibatkan banyaknya wisatawan yang datang ke daerah tersebut, waktu itu kepala daerah/lurah di wilayah tersebut merasa perlu mengembangkan situs raruboko itu agar lebih menarik kemudian dibuatlah desa wisata yang terdapat wilayah Ratuboko tersebut, namun setelah itu perkembangan desa wisata tersebut tidak berkembang dengan baik hal ini dikarenakan bantuan maupun dana untuk mengembangkan desa wisata tersebut tidak sampai pada masyarakat tidak ada transparasi dan  kegiatan untuk pengembangan desa wisata tidak berjalan semestinya, ini yang membuat desa wisata sekarang ini seperti mati suri.
Desa Bokoharjo yang terdapat di kecamatan Prambanan, kabupaten Prambanan Yogyakarta ini terbagi menjadi dua dusun yaitu dusun Plempoh dan dusun dawung, dengan jumlah warga Plempoh 110 Kepala Keluarga yang tersebar dalam 4 Rukun Tetangga (RT) dan dusun Dawung dengan jumlah 60 Kepala Keluarga yang tersebar dalam dua Rukun Tetangga.
Ketika Ratu Boko masih merupakan sebuah keraton barang kali masyarakat Bokoharjo belum mengenal sistem pemerintahan seperti Kepala Desa, Kepala Dusun, Rukun Warga, dan Rukun Tetangga. Perkembangan zaman membuat mereka mengenal istilah-istilah tersebut dan menggunakannya hingga sekarang dalam sistem pemerintahan masyarakat.
Globalisasi memberikan dampak terhadap perkembangan politik berupa perubahan sistem pemerintahan dimana pada zaman dahulu adalah berupa kerajaan namun kini berubah menjadi desa, dahulu dipimpin oleh raja/ratu namun kini pemerintahan dipimpin oleh Lurah/Kepala Desa. Sistem pemerintahan di setiap desa berbeda-beda tergantung kebijakan yang diterapkan oleh masing-masing kepala desa.
Dalam pemilihan dukuh di salah satu wilayah Bokoharjo, sudah demokratis dengan diadakannya pemilu secara langsung oleh masyarakat.pemilu di daerah ratu boko di lakukan setiap 5 tahun sekali, untuk memilih ketua dukuh maka masyarakat ratu boko dapat memilih sendiri siapa yang akan menadi pemimpinya Dengan demikian, masyarakat dapat berpartisipasi langsung dalam menentukan wakil rakyat atau dukuh. Selain itu Pelaksanaan otonomi di daerah Bokoharjo juga mulai muncul hal ini terbukti dengan perbedaan kebijakan antara daerah yang satu dengan daerah yang lainnya.

D.      Perkembangan IPTEK
Di desa Bokoharjo, dalam  perkembangan  IPTEKnya sudah mengalami peningkatan seiring dengan perkembangan zaman. Dengan adanya arus globalisasi pada masa sekarang, maka masyarakat Bokoharjo dengan cepat mengikuti arus tersebut. Perkembangan IPTEK pada masyarakat tersebut sangatlah maju. Dahulu banyak warga di Desa Bokoharjo yang hanya tamatan SD, tetapi dengan berkembangnya IPTEK di era globalisasi sekarang ini banyak para generasi muda meneruskan perjuangannya dengan mencapai tingkat atau jenjang yang lebih tinggi. Selaan itu di desa boko harjo ini sudah ada upaya peningkatan pendidikan dengan dilakukannya program yang dicanangkan oleh dukuh, yaitu program pembangunan PAUD di setiap dukuh dengan mendatangkan guru sukarela. Dengan demikian tidak ada lagi anak yang putus sekolah dan berpendidikan rendah karena masalah ekonomi, dengan adanya sekolah PAUD ini masyarakat boko harjo sudah cukup melek pendidikan, mereka sadar bahwa pendidikan itu penting dan tidak ada lagi orang yang berpendidikan rendah.
Di era globalisasi pada masa sekarang ini, memaksa masyarakat Bokoharjo bisa mengenal dan memahami berbagai perkembangan IPTEK, namun demikian tidak sedikit dari masyarakat Bokoharjo ketinggalan dengan perkembangan IPTEK. Secara jangka panjang, perkembangan IPTEK memberikan arti yang sangat positif, namun di sisi lain, tidak sedikit pula yang membawa dampak negatif.
Masyarakat Bokoharjo telah terpengaruh oleh perkembangan IPTEK diberbagai bidang. Masyarakat Bokoharjo telah menggunakan handphone, di rumah mereka telah ada televisi, dvd, dispenser, magic com, kompor gas, dan motor sebagai alat untuk melakukan mobilitas. Dalam mengelola lahan pertanian, para petani sudah menggunakan traktor walaupun sebagian petani masih menggunakan cangkul. Hal tersebut merupakan indikator bahwa perkembangan IPTEK telah menyentuh masyarakat Bokoharjo.
Perkembangan IPTEK mempermudah masyarakat dalam memperoleh informasi dan melakukan aktivitas maupun mobilitas. Layanan informasi berbasis komputer seperti internet dan surat elektronik mudah diakses kapan pun dengan cepat, jarak dan waktu menjadi terasa semakin pendek. Namun kemajuan IPTEK membuat seni dan budaya (tradisional) asli yang dimiliki masyarakat menjadi terabaikan dan tergeser oleh besarnya arus perkembangan IPTEK tersebut. Oleh karena itu, perkembangan IPTEK akan memberikan keuntungan dan tidak akan menimbulkan kerugian atau masalah baru apabila penduduk dapat mengelola perkembangan IPTEK dengan baik.
Perkembangan IPTEK mendorong masyarakat untuk mengenyam bangku pendidikan setinggi-tingginya agar tidak tertinggal oleh pesatnya kemajuan zaman di dalamnya termasuk kemajuan IPTEK itu sendiri. Masyarakat mempelajari perkembangan IPTEK agar mampu menggunakan internet dan teknologi informasi lain yang dapat mereka peroleh melalui bangku pendidikan. Hal ini terbukti dengan banyaknya anak-anak di desa Bokoharjo telah menggunakan facebook, twitter dan sebagainya sebagai alat komunikasi jarak jauh selain hand phone.
Melalui perkembangan IPTEK masyarakat dapat menjalin hubungan dengan orang lain di berbagai tempat yang berbeda tanpa mengalami kesulitan yang berarti dan tidak perlu melakukan tatap muka secara langsung. Komunikasi yang dilakukan melalui teknologi sebagai medianya akan terasa lebih praktis namun akan mengurangi frekuensi  silaturrahmi sehingga menyebabkan hubungan antar manusia menjadi kurang akrab.

E.       Strategi Pewarisan Budaya
Masyarakat Bokoharjo sistem kekerabatannya masih sangat kental, di lingkungan masyarakat di  Bokoharjo  sering  di adakan  kerja  bakti  untuk  memebersihkan  atau  memeperbaiki lingkungan. Masyarakat Bokoharjo juga sering mengadakan ronda malam untuk keamanan lingkungan Bokoharjo. Kepercayaan masyarakat Bokoharjo pada dulunya adalah beragama Hindu Budha namun terjadi akulturasi kepercayaan dengan kebudayaan Islam. Sehingga pada saat ini mayoritas penduduk di desa Bokoharjo beragama Islam. Budaya masyarakat Bokoharjo masih percaya dengan mitos-mitos yang berbau mistis. Seperti menentukanhari baik ketika akan melakukan hajatan atau pernikahan.
Perkembangan seni budaya di masyarakat Ratuboko tidak berkembang dengan baik, hal ini dikarenakan seni budaya yang ada di wilayah Ratuboko tidak dilakukan regenarasi secara turun temurun yang mengakibatkan seni budaya di daerah situs Ratuboko mulai menghilang dan terhapus oleh budaya baru akibat adanya pengaruh globalisasi, namun tidak semua budaya di daerah Ratuboko hilang masih ada beberapa seni budaya yang masih di pertahankan sampai saat ini. Di desa Dawung juga terdapat sebuah seni tradisional berupa tarian srandul namun tarian tradisional ini kini kian tergeser dan tinggal kenangan, dengan adanya budaya baru yang bersifat modern dan tak ada regenerasi pada jaman dulu, selain itu ada pula kesenian ketoprak dan wayang akan tetapi kesenian tersebut sekarang sudah tidak berjalan lagi karena  kurangnya  kesadaran  masyarakat  Bokoharjo  dalam  melestarikan  kebudayaan. Kesenian yang masih diwarisi di Bokoharjo saat ini hanyalah pengajian untuk putra dan putri, sedangkan kesenian yang lain hampir atau bahkan tidak ada, karena tergeser oleh kesenian modern dengan adanya globalisasi dan kurangnya kesadaran masyarakat dalam melestarikan kebudayaan. Jadi pewarisan budaya yang ada di masyarakat boko harjo sekarang hanya bisa di wariskan dengan waracarita yang di ceritakan secara turun temurun Menurut kami, strategi dalam pewarisan budaya masih kurang dikembangkan oleh masyarakat sekitar. Dibuktikan dengan adanya masyarakat yang kurang mengenal atau mengetahui kebudayaan yang ada di mayarakat Bokoharjo. Kurangnya rasa keingintahuan dan perkembangan teknologi yang begitu pesat membuat para pemuda masyarakat ratu boko cenderung kurang peduli terhadap pelestarian kebudayaan.

F.     Perkembangan Lingkungan Alam
Masyarakat Bokoharjo masih peduli dengan lingkungan alam. Beberapa waktu lalu, warga masyarakat menanam pohon untuk menjaga lingkungan alam agar tetap terjaga selain itu masyarakat Bokoharjo  sering juga mengadakan program kerja  bakti  untuk  memebersihkan  atau memeperbaiki lingkungan sekitar. Pemasangan listrik di setiap daerah juga sudah mulai merata, namun masih ada satu rumah yang masih belum mendapatkan aliran listrik, hal ini di akibatkan karena jarak antara rumah yang satu dengan yang lainnya berjauhan, sehingga untuk menyalurkan listrik membutuhkan dana yang cukup besar. Selain itu pembangunan bilik sebagai penampungan airpun sudah ada di sekitar rumah penduduk, hal ini di gunakan sebagai antisipasi musim kering. Karena Ratuboko merupakan daerah yang tinggi jadi untuk masalah airpun mereka kesusahan, bahkan ada sebagian masyarakat yang membeli air untuk mencukupi kebutuhan sehari-harinya.



BAB IV
MASYARAKAT DALAM MENGHADAPI GLOBALISASI

A.      Ciri-ciri Globalisasi Masyarakat Bokoharjo
Tidak adanya batas jarak dan waktu bagi masyarakat dalam melakukan komunikasi dengan menggunakan handphone dan alat komunikasi lainnya menjadi cirri globalisasi di masyarakat Bokoharjo. Tidak hanya satu handphone setiap keluarga, melainkan setiap anggota keluarga memiliki masing-masing satu. Selain itu ada pula ciri yang paling kentara lainnya, yaitu sudah semakin banyaknya penggunaan barang-barang elektronik lain. Televisi sudah menjadi hiburan di setiap ruang-ruang rumah, penggunaan teknologi modern sudah menjadi hal lumrah seperti mesin cuci, traktor, magiccom, kipas angin bahkan AC. Peningkatan taraf hidup masyarakat di Bokoharjo membawa dampak bagi kebudayaan masyarakat sekitar. Memudarnya kebudayaan-kebudayaan asli masyarakat Bokoharjo menjadi harga yang harus ditanggung seiring perkembangan jaman. Hal ini dapat dilihat dari budaya kesenian sradul yang semakin minim peminatnya, bahkan sudah hampir punah karena tidak ada generasi muda yang meneruskan budaya terseebut. Dengan adanya kemajuan teknologi memudahkan masyarakat dalam melakukan kegiatan baik dalam pertanian maupun kegiatan lainnya, seperti traktor dan pompa air. Akan tetapi belum semua orang menggunakan atau memanfaatkan kemajuan teknologi.
Ciri-ciri globalisasi tersebut dapat dikelompokkan dalam beberapa bidang kemasyarakatan sebagai berikut:
1.         Penggunaan Teknologi
Globalisasi membawa perubahan yang signifikan dalam ruang dan waktu. Pada era globalisasi seperti sekarang jarak dan batas antar wilayah atau negara semakin tidak kentara. Terutama karena perkembangan teknologi komunikasi dan transportasi. Jarak yang jauh dapat ditempuh dengan waktu yang relative cepat, maupun dapat pula menggunakan teknologi komunikasi yang menjangkau seluruh dunia.
Perkembangan teknologi yang sangat terasa pada masyarakat khususnya masyarakat Bokoharjo adalah Handphone, Televisi, dan Internet yang memudahkan masyarakat Bokoharjo untuk melakukan komunikasi secara global.
2.         Kepariwisataan
Pariwisata merupakan suatu aspek yang dapat digunakan sebagai tolok ukur sejauh mana globalisasi mempengaruhi masyarakat setempat. Hal tersebut dikarenakan perkembangan pariwisata global didukung dengan perkembangan teknologi transportasi dan komunikasi. Sehingga promosi daerah wisata menjadi mengglobal dan keberadaan transportasi yang mendukung membuat Turisme menjadi hal yang mendunia.
Keberadaan Situs Ratu Boko merupakan suatu daerah tujuan wisata, selain itu masyarakat sekitar situs juga merupakan desa wisata. Hal tersebut dapat terjadi karena masyarakat Bokoharjo terbuka dengan budaya lain sehingga memungkinkan mereka untuk mengikuti budaya asing tersebut. Pariwisata yang semakin pesat di Bokoharjo membuat masyarakat setempat dapat merasakan banyak hal dari budaya berbeda, ini merupakan salah satu ciri globalisasi yang dapat peneliti rasakan di daerah Bokoharjo.
3.      Kehidupan Ekonomi
Perkembangan ekonomi global dapat dilihat jangkauan pasar suatu produk. Produk suatu negara dapat masuk dengan mudah ke negara lain karena salah satunya adalah perkembangan globalisasi. Hal tersebut menjadikan masyarakat di seluruh dunia menjadi tergantung satu sama lain.
Hal ini dapat dilihat dari penggunaan barang-barang bermerk internasional yang dapat kita temui dengan mudah di masyarakat Indonesia khususnya Bokoharjo. Dari peniti hingga barang elektronik bermerk dunia. Ini dapat kita katakana bahwa masyarakat Bokoharjo terkena dampak globalisasi meskipun masyarakat mungkin tidak merasakannya.
4.      Berkembangnya Media Massa dan Budaya
Peningkatan interaksi kultural melalui perkembangan pariwisata dan media massa seperti televisi, film, musik dan transmisi berita olah raga internasional merupakan ciri globalisasi yang peneliti temukan di masyarakat Bokoharjo. Hal ini dapat dilihat dari gaya hidup anak muda di masyarakat Bokoharjo yang mengikuti tren dunia seperti musik-musik internasional, gaya rambut ala Korea, dan sebagainya.
Keempat ciri tersebut merupakan garis besar ciri-ciri globalisasi yang peneliti temukan di masyarakat Bokoharjo. Dari ciri-ciri tersebut dapat dikatakan bahwa pengaruh globalisasi terhadap masyarakat Bokoharjo cukup besar mengingat ciri-ciri tersebut hampir menyentuh seluruh lapisan masyarakat dan bidang-bidang sosial kemasyarakatan.

B.       Proses Globalisasi Masyarakat
Kemajuan teknologi yang semakin memudahkan pekerjaan masyarakat dan meninggalkan alat-alat yang tradisional dimana alat-alat yang baru semakin canggih dan memudahkan masyarakat dalam melakukan aktifitas. Ditambah dengan lokasi yang strategis dengan adanya lokasi wisata Ratuboko sehingga menjadikan wilayah Ratuboko terkena dampak globalisasi.
Keberadaan wisata kompleks Ratuboko memberikan dampak yang cukup signifikan terhadap perubahan masyarakat sekitar. Resiko sebagai Daerah Tujuan Wisata menjadikan masyarakat Bokoharjo dinamis. Salah satu faktor yang mempengaruhi perubahan adalah adanya kontak dengan budaya lain, kedatangan para wisatawan yang membawa budaya masing-masing membuat masyarakat Bokoharjo mengikuti budaya tersebut. Hal tersebut terjadi karena adanya kontak antara budaya masyarakat Bokoharjo dengan masyarakat lain yaitu para wisatawan.
Para wisatawan yang datang tidak hanya masyarakat Indonesia, melainkan juga masyarakat Internasional yang notabene mempunyai taraf hidup yang lebih baik dibanding masyarakat Bokoharjo pada umumnya. Hal tersebut menjadikan masyarakat meniru, mengikuti tren yang dibawa para wisatawan tersebut. Salah satu contohnya adalah keberadaan Handphone yang merajalela di masyarakat Bokoharjo. Setiap rumah di masyarakat Bokoharjo memiliki lebih dari satu Handphone. Tidak hanya itu, kebiasaan masyarakat untuk memanfaatkan teknologi menjadi semakin bertambah. Contoh konkretnya seperti penggunaan mesin cuci, kompor gas, lemari es, pompa air, semua teknologi tersebut memudahkan pekerjaan sehari-hari masyarakat sehingga masyarakat cenderung menjadi lebih malas untuk melakukan pekerjaan berat. Namun dampak negative ini tidak dapat dilihat di sebagian besar masyarakat Bokoharjo.

C.      Pengaruh Globalisasi Masyarakat
Globalisasi yang melanda masyarakat seluruh dunia tentu membawa pengaruh bagi masyarakat baik positif maupun negatif. Begitu pula yang peneliti temukan di masyarakat Bokoharjo selama seminggu melakukan Observasi Partisipatoris. Kedua pengaruh tersebut dijelaskan sebagai berikut:
1.         Pengaruh Positif Globalisasi
Pengaruh positif globalisasi yang dapat dirasakan di masyarakat Bokoharjo antara lain:
a.         Terbukanya pasar Internasional
Keberadaan Situs Ratu Boko merupakan objek wisata yang cukup digemari oleh wisatawan lokal maupun internasional. Ini merupakan bukti bahwa pemasaran Situs Ratu Boko tidak hanya dilingkup lokal melainkan juga lingkup internasional. Hal ini merupakan dampak positif globalisasi sehingga masyarakat dapat merasakan manfaat dari datangnya turis asing. Manfaat sebagai kas, maupun menjadi mata pencaharian penduduk setempat. Sehingga produk lokal mampu dipasarkan ke daerah lain bahkan negara lain.
b.        Berkembangnya etos kerja yang baik
Kita dapat meniru pola pikir masyarakat lain atau budaya masyarakat lain. Globalisasi menyebabkan adanya kontak dan interaksi antara budaya yang satu dengan budaya lainnya. Hal ini pun terjadi di masyarakat Bokoharjo dimana masyarakat mampu meniru etos kerja masyarakat lain melalui berbagai media seperti TV, atau bahkan interaksi langsung dengan para turis yang berdatangan ke situs Canti Boko.
c.         Meningkatnya arus komunikasi dan transportasi masyarakat
Globaisasi membawa dampak yang paling signifikan yaitu adanya komunikasi yang lebih intens antar masyarakat secara tidak langsung yaitu melalui media telepon baik telepon rumah ataupun Handphone. Selain itu adanya globalisasi ikut membawa dampak posisitif terhadap arus transportasi masyarakat. Berkembangnya alat transportasi membawa kemudahan masyarakat dalam bepergian. Kedua hal tersebut dapat kita lihat di masyarakat Bokoharjo dimana masyarakat Bokoharjo telah tergantung dengan HP dan juga berbagai moda transportasi.
2.         Pengaruh negatif globalisasi
Tidak hanya membawa dampak positif bagi masyarakt, melainkan globalisasi juga membawa dampak negativ bagi masyarakat. Hal tersebut tidak dapat dihindari dengan mudah. Berikut beberapa pengaruh  negativ globalisasi bagi masyarakat:
a.         Lunturnya kebudayaan asli karena hiburan luar lebih menarik, seperti acara televisi yang lebih menarik dibanding hiburan jatilan atau srandul. Selain itu kegiatan seperti kenduri pun sudah tidak ada. Jika masih adapun, dilakukan dengan sederhana dan tidak serumit seperti dahulu. Misalnya isi berkat menggunakan bahan mentah yang siap saji seperti mie instan, bukan lagi makanan matang seperti nasi, sayur, dan ikan.
b.        Lunturnya rasa cinta produk lokal.
Hal ini dapat kita jumpai di masyarakat Bokoharjo dimana mereka akan menggunakan barang-barang dari luar. Seperti merajalelanya makanan cepat saji dan minuman bersoda/ kemasan. Hal tersebut tentu mengurangi minat masyarakat  terhadap makanan dan minuman lokal sehingga masyarakat juga semakin malas untuk membuat makanan tersebut. Bukan hanya makanan melainkan  juga produk lokal seperti kerajinan yang tergeser dengan kerajinan pabrik.
c.       Gaya hidup kebarat-baratan
Perilaku ini lebih sering menjakiti anak muda di sekitar Bokoharjo. Dimana mereka telah melupakan budaya sopan santun terhadap orang yang lebih tua. Ini dapat peneliti lihat dari kehidupan rumah tangga tempat peneliti menginap dimana anaknya lebih sering berada di luar dengan teman-teman “Geng” nya dari pada di rumah untuk membantu keluarga. Gaya hidup geng yang keluar malam hingga pagi merupakan budaya barat, sehingga hal tersebut menjadikan anak muda menjadi tidak lagi menghargai orang tua sebagaimana mestinya.
d.      Kemajuan teknologi yang tidak diimbangi dengan moral
Kemajuan teknologi khususnya teknologi informasi dan komunikasi seperti internet menyebabkan masyarakat menjadi mudah meniru budaya lain yang dapat diakses dengan mudah dari internet sehingga mereka akan melupakan budaya lokal.
Demikian beberapa dampak globalisasi terhadap masyarakat yang pemeliti temukan di masyarakat Bokoharjo. Globalisasi bukanlah hal yang dapat di hindari melinkan masyarakat harus mampu meminimalisir dampat negatif globalisasi tersebut. Sehingga masyarakat akan mampu menghadapi globalisasi dengan mengusung budaya lokal.

D.      Upaya Mengatasi Masalah Negatif Globalisasi
Seperti yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya bahwa globalisasi membawa dampak bagi masyarakat baik dampak positif maupun negatif. Sehingga diperlukan upaya untuk mengatasi atau meminimalisir dampak negatif dari globalisasi. Berikut ada beberapa langkah yang peneliti sarankan untuk mengurangi dampak negatif globalisasi, yaitu:
a.       Lebih mengenalkan masyarakat terhadap kebudayaan asli daerah dan mengajak mereka untuk ikut bergabung dalam kegiatan tersebut. menyaring masuknya suatu kegiatan yang baru untuk diambil hal-hal positifnya saja.
b.      Membentengi diri pribadi dengan ajaran agama dan pancasila sehingga masyarakat akan memilih-milih globalisasi mana yang pantas untuk ditiru dan mana yang tidak harus ditiru atau dihindari.
c.       Di lingkungan keluarga, peran orang tua sangat sentral dalam mengurangi dampak negatif globalisasi. Orang tua harus memberikan pengawasan lebih kepada pergaulan anaknya.
d.      Adanya canpur tangan pemerintah daerah untuk mengupayakan daerah Bokoharjo sebagai daerah wisata, sehingga akan meningkatkan kemauan masyarakat setempat untuk melestarikan budaya mereka.
e.       Melakukan pelestarian budaya lokal dengan melakukan pementasan dan memberikan pelatihan-pelatihan budaya kepada generasi muda
f.       Sekolah khususnya guru hendaknya menggunakan budaya lokal sebagai sarana belajar, seperti karya wisata atau menggunakan pembelajaran kontekstual
g.      Aparat keamanan setempat hendaknya selalu melakukan kontrol terhadap penyimpangan-penyimpangan kecil yang ditakutkan akan menjalar semakin besar
Upaya-upaya tersebut hanya dapat dilaksanakan bila ada kesadaran dari masing-masing komponen masyarakat akan peran dan kedudukannya di dalam masyarakat. Hendaknya kesemua komponen saling berkoordinasi untuk mengurangi dampak negative globalisasi khususnya terkait memudarnya budaya lokal masyarakat setempat.




BAB V
PENUTUP
A.    Kesimpulan
Kawasan kegiatan KKL III merupakan alluvial fans (kipas alivial) yang tersusun atas alluvium sebagai hasil perombakan escarpment bagian atas. Bagian tadi berasal dari formasi similar yang terendap antara 35 juta sampai 87 juta tahun yang lalu, terdiri atas batu marvum dan fumis yang asam. Sehingga tanah di kawasan ini bersifat asam dan memiliki produktifitas yang rendah.
Menurut pengukuran, pH tanah di kawasan tersebut berkisar antara 4,2 – 5,6. Walaupun berada di kawasan miskin hara, setelah menjadi dataran,  terbentuk fumus dan penduduk di sana member pupuk alami maupun buatan, lahan di kawasan tersebut menjadi lebih produktif.
Bokoharjo merupakan suatu pemerintah dengan nomor kode: 3404092006 yang terletak di wilayah Kecamatan Prambanan, Kabupaten Sleman Propinsi Daerah Tingkat II Daerah Istimewa Yogyakarta. Kelurahan Bokoharja memiliki luas wilayah 550 Ha. Jumlah penduduk Kelurahan Bokoharjo keseluruhan ada 5.345 jiwa orang.
Masyarakat Bokoharjo bermatapencaharian sebagai petani, peternak, pegawai negeri, pedagang, dan juga bertugas di dinas purbakala, dan sebagainya. Keberadaan situs ratu boko membawa pengaruh terhadap masyarakat sekitar, dimana perekonomian masyarakat Boko mengalami peningkatan. Jika dikaitkan dengan geologi ekonomi, yaitu keberadaan formasi similar dimana terdapat batuan yang dimanfaatkan masyarakat sebagai barang komoditi yang digergaji dan dibentuk dengan batu tempel.
Saat ini Candi Boko menjadi salah satu obyek wisata yang menarik di Kabupaten Sleman. Cerita atau legenda seperti di atas juga menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan. Ditambah dengan adanya mitos-mitos mengenai candi Boko seperti kolam pemandian yang airnya tidak pernah habis walau pada musim kemarau. Kompleks Ratu Boko memiliki keunikan dan daya tarik tersendiri. Karena lokasinya berada di dataran tinggi, maka dari sini terlihat pemandangan yang memukau.

B.     Saran
Berikut ini merupakan beberapa saran yang dapat kami sampaikan, yaitu sebagai berikut:
1.      Dalam menghadapi globalisasi, masyarakat Bokoharjo harus tetap mampu melestarikan kebudayaan asli mereka, seperti kesenian srandul dan kebudayaan lainnya.
2.      Menanamkan nilai-nilai karakter pada generasi penerus agar mampu menghadapi globalisasi.
3.      Memanfaatkan potensi masyarakat serta lingkungan setempat dengan maksinal untuk kemajuan masyarakat Bokoharjo.







Tidak ada komentar:

Posting Komentar